Walau mereka tahu Presiden SBY sedang tidak berada di dalam Istana, mereka tetap memaksa untuk memasuki perwakilan mereka ke dalam kantor Presiden oleh pihak yang berwenang.
Sekber mendesak pemerintah menghentikan segala bentuk perampasan tanah rakyat dan mengembalikan tanah rakyat yang dirampas; mendesak pemerintah untuk mearik TNI/Polri dari konflik agraria dan membebaskan para pejuang rakyat yang ditahan dalam melawan perampasan tanah.
"SBY harus berani mencabut semua UU yang tidak sesuai UU Pokok Agraria dan kembali ke UU Pokok Agraria," kata koordinator Sekber, Aan Ashari, kepada wartawan di depan Istana, Kamis (12/1).
Benturan fisik, saat berita ini dilaporkan, nyaris tak terelakkan karena massa yang terdiri dari ribuan orang mencoba merusak kawat berduri aparat.
"Kami belum mau bicara turunkan SBY dengan segelintir orang. Ini adalah prakondisi menuju kesadaran politik rakyat untuk melawan dan merebut haknya," tegas Aan.
Secara garis besar, mereka cuma ingin SBY mengintervensi kebijakan pemerintahannya untuk mengembalikan fungsi tanah negara ke fungsi sosialnya bukan untuk kepentinga pemodal.
"Hari ini kami serentak aksi di banyak daerah termasuk di Mesuji, Riau dan sampai ke Kupang," terangnya.
Beberapa perwakilan massa tampak diterima pihak kepolisian untuk masuk ke Istana setelah aksi kian panas dan massa mulai melakukan pelemparan botol plastik ke polisi.
[ysa]
BERITA TERKAIT: