"DPR jadi tuli dan irasional. Saya menghawatirkan citra DPR semakin jadi cemoohan masyarakat apabila terus menerus ngotot membela rencana tak wajar itu," ujar anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat, kepada
Rakyat Merdeka Online, Minggu pagi (8/1).
Tindakan irasional, menurutnya, mempraktekkan ketulian. Penghabisan anggaran miliaran rupiah yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan rakyat banyak bukanlah keputusan tepat saat ini.
"Saya kira ada yang salah di DPR sekarang ini. Sebenarnya tidak semua toilet bermasalah, tapi kenapa harus semua diganti? Padahal toilet ini baru diganti tahun lalu, sehingga masih sangat layak digunakan," kata Martin yang sehari-hari bertugas di Komisi Hukum DPR.
Martin mengaku tidak melihat toilet DPR yang bermasalah, namun perawatan kebersihannya yang perlu ditingkatkan. Di sisi lain, petugas pembersih di DPR gajinya kecil dan tidak layak, sehingga sering kurang sigap dalam melaksanakan tugasnya.
"Sering kita tidak tega menegur para petugas kebersihan ini karena gajinya yang kecil itu, padahal anggaran untuk kebersihan ruangan di DPR cukup besar, Rp 61 miliar untuk biaya pemeliharaan gedung dan taman tahun lalu," ungkapnya.
Pada persoalan itu sebetulnya menurut Martin harus dilakukan pembenahan. Mengapa ada toilet yang kurang terawat kebersihannya, meski anggaran yang dipakai untuk sektor itu sangat besar. Oleh karena itu DPR tidak perlu ngotot terhadap kritikan masyarakat.
"Malah sebaiknya DPR membuka hati dan telinganya, sebagai refleksi dari rasionalitas yang sehat," tandasnya.
[ysa]
BERITA TERKAIT: