Tuntutan akan perubahan berupa kebangkitan Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera rupanya sudah tidak terbantahkan. Di kalangan masyarakat bawah tuntutan itu tampaknya sudah berubah menjadi desakan supaya segera dilakukan.
Hal ini setidaknya nampak dalam acara Tadarus Kebangsaan, Sabtu (19/11) malam lalu, yang berlangsung di Pondok Pesantren Al Ittihad, di Desa Poncol, Popongan Beringin, Salatiga, yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Di pesantren terpencil yang telah banyak mencetak tokoh bangsa seperti mendiang presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, ribuan santri dan masyarakat berkumpul untuk menyampaikan keluhan mengenai kondisi kehidupan politik, hukum dan ekonomi di negeri ini yang kian hari kian memburuk dan semakin tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Mantan Menko Perekonomian Dr Rizal Ramli yang hadir bersama sejumlah tokoh, para pengurus dan pimpinan Ponpes Al Ittihad, KH Arifin Junaidi, merespon keluhan-keluhan tersebut dengan memberikan pencerahan, dimana intinya dia menyatakan pokok penyebab kemunduran negara dan bangsa Indonesia saat ini adalah akibat para pemimpinnya menjalankan kebijakan ekonomi neolib.
"Akibatnya rakyat sulit untuk naik kelas. Pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya menjadi sangat mahal. Akhirnya yang kuasa adalah yang punya uang. Rakyat kecil seperti kaum Nahdliyin semakin terpinggirkan. Kemerdekaan hanya jadi milik segelintir orang yang punya uang," tandas Rizal Ramli dalam acara yang berlangsung hingga larut malam tersebut.
Yang juga menarik dari Tadarus Kebangsaan itu ribuan santri dan masyarakat yang hadir secara spontan langsung bermunajat supaya Indonesia diberikan Tuhan pemimpin yang tegas, tidak peragu, dan benar-benar memikirkan nasib rakyat.
Doa atau munajat mereka bukan lagi ‘’berikanlah pemimpin yang ganteng’’ atau pemimpin yang cuma sibuk menjaga citra dirinya sendiri. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: