"Kasus-kasus korupsi seperti skandal korupsi Century, kasus Nazarudin, mafia pajak dan kasus hukum lainnya menguap hilang begitu saja. Sementara di satu sisi kesenjangan sosial di era rezim SBY-Boediono antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar," kata aktivis Gerakan Indonesia Bersih Ahmad Kasino kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 9/11).
Ironi yang terjadi di negeri ini menurutnya tampak jelas dari penggunaan akses kekuasaan yang secara rakus dipakai untuk menjarah uang rakyat. Sementara angka kemiskinan rakyat kian tambah, rakyat tidak berdaya secara ekonomi dan sosial, tercermin dari kasus nyata di lapangan dan peningkatan angka kriminalitas melalui modus-modus terbaru.
Tokoh barisan aktivis 98 ini juga menyoroti kegagalan pemerintah pusat dan kesan hendak cuci tangan elit Jakarta atas konflik berkepanjangan di Bumi Papua. Padahal, keinginan merdeka dari warga Papua adalah akibat salah urus puluhan tahun. Hal itu cuma bisa diredam dengan langkah konkret pembangunan kesejahteraan rakyat dan menghentikan kekerasan aparat pada rakyat.
"Kita juga melihat kohesi sosial yang semakin rentan sehingga menimbulkan konflik horizontal dimana-mana," jelasnya.
Kasino menegaskan bahwa gerakan oposisi ekstra-parlemen tidak percaya lagi bahwa pemilu 2014 bakal mengubah kondisi menjadi lebih baik karena pengalaman pemilu 2009 yang dimenangkan dengan manipulasi dan kecurangan.
"Memberikan kesempatan pada pemerintah SBY-Boediono sampai 2014 sama saja merusak dan memperparah keadaan bangsa ini," tegasnya.
Kasino menambahkan, kelompok yang menginginkan perubahan lewat pemilu 2014 adalah kelompok elit penikmat budaya korupsi yang sedang tumbuh.
"Sedangkan kita menginginkan perubahan secepatnya agar rakyat tidak semakin menderita. Perubahan yang kita inginkan adalah mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur kecukupan sandang, pangan dan papan serta jaminan kesehatan dan pendidikan," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: