"Karena Nurcholis Madjid itu kan sasterawan. Nurcholish Madjid itu adalah Bapak Pluralisme Indonesia," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Ridwan, saat berbincang dengan
Rakyat Merdeka Online di ruang Pancasila, KBRI Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu (Selasa, 2/11).
Selain Nurcholis, lanjut Cholil, tokoh pluralisme lainnya adalah almarhum KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Sementara generasi pelanjut Nurcholis Madjid dan Gus Dur adalah Ulil Abshar Abdalla, bekas Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL), yang kini menjadi Ketua DPP Demokrat bidang Penelitian dan Pengembangan.
"JIL sekarang sudah tidak ada kegiatan, karena dananya tidak lagi diberikan sama Amerika Serikat oleh The Asia Foundation," kata Cholil.
Selama ini, kata Cholil, para tokoh bangsa menganggap pluralisme itu sebagai kebhinekaan dan kemajemukan. Dan bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk, terdiri dari suku majemuk.
"Nah oleh penganjur-penganjur paham sekularisme agama ini itu dimanfaatkan, ditunggangi. Para penganut pluralisme itu menyatakan, kita ini bukan pluralisme agama tapi pluralisme banyak agama. Ya kalau itu, tidak ada masalah," demikian Cholil.
[ysa]
BERITA TERKAIT: