FROM MOSCOW WITH LOVE (12)

Makmum di Depan Imam

Oleh: M. Aji Surya

Senin, 24 Oktober 2011, 07:12 WIB
Makmum di Depan Imam
aji surya/ist
IMAM dimanapun selalu berada di depan. Makmum berada di belakangnya. Makmum di depan imam sama dengan shalat dengan keunikan. Dan itu bisa terjadi hanya di Rusia.
Shalat jum'at di masjid Prospek Mira yang sedang diperlebar itu baru akan dimulai pada pukul 14.00. Tapi, sejak pukul 12.30, jamaah di masjid asli sudah memenuhi semua ruangan. Lantai satu dan balkon diperuntukkan bagi jamaah pria, sedangkan wanitanya di lantai bawah. Sementara, suara bacaan ayat-ayat suci terus menggema tanpa ada habisnya.

Para jamaah yang datang pukul 13.00 harus siap sedia untuk menggelar sajadah ataupun kertas koran. Ruang kosong di belakang masjid yang biasanya dipakai untuk menaruh aneka material bangunan dan sekaligus sebagai jalan, kini telah berubah menjadi shaf-shaf panjang para jamaah. Bahkan, pelataran tempat wudlu juga sudah "tertutup" oleh jamaah yang menyemut.

Menjelang shalat jum'at didirikan, keadaan semakin mengkhawatirkan. Kanan kiri masjid yang sebenarnya merupakan jalan umum serta sebagian merupakan lapangan parkir sudah tidak muat lagi. Penuh sesak dengan mereka yang akan menjalankan ibadah mingguan tersebut.

Dan ketika shalat didirikan, karena tempat yang sudah tidak cukup, maka banyak yang shalat berjamaah persis di depan masjid, atau di depan sang imam. Mereka berdiri menghadap kiblat di halaman depan masjid yang merupakan jalan raya tempat lalu lalang kendaraan. Mereka ramai-ramai membelakangi sang imam. Mereka tidak menghiraukan ilmu fiqh bahwa makmum harus berada di belakang imam. Yang penting melakukan sembahyang. Unik dan luar biasa.

Masjid Prospek Mira menurut kebanyakan orang adalah masjid akbar di kota Moskow, ibukota Rusia. Masjid ini sebenarnya tidak terlalu besar, hanya bisa menampung paling banyak seribuan jamaah dengan tiga lantai. Bentuknya yang unik dan merupakan sisa-sisa peninggalan Islam sebelum datangnya era komunisme menjadikannya sebuah masjid yang sangat terkenal.

Sangat beruntung, masjid mungil nan indah itu tidak menjadi salah satu target yang harus dihancurkan oleh penguasa komunis. Sebagaimana dimaklumi, era tanpa Tuhan selama lebih 70 tahun itu telah memberangus semua tempat ibadah, seperti masjid dan gereja. Para imam dan tokoh agama juga dilarang beraktivitas. Buku-buku agama dienyahkan. Dari 15 ribuan masjid seantero negeri pada masa Tsar misalnya, hanya tersisa sekitar 100 masjid di masa Uni Soviet. Salah satunya masjid Prospek Mira.

Inilah yang menyebabkan masjid Prospek Mira menjadi semacam tempat yang sangat penting bagi kaum muslimin di ibukota Rusia. Selain menjadi tempat berkantornya Dewan Mufti Rusia, maka di lingkungan masjid ini juga terdapat kedai yang menjual berbagai keperluan kaum muslimin, seperti daging berlabel halal dan juga buku tentang Islam serta sarana ibadah lainnya.

Kini, di zaman serba terbuka dan kebebasan beragama mudah diraih, masjid Prospek Mira bagaikan kereta tua yang mengangkut penumpang yang melebihi kapasitasnya. Setiap hari Jum'at tiba, ribuan orang mengerumuninya. Ada yang bisa masuk di dalamnya, tetapi ada juga yang duduk di atas atap, bergelantungan di pintu dan jendela dan bahkan ada "'yang rela berada di luar asal terseret gerbong menuju tempat yang diinginkan para jamaah.

Ini semua karena jumlah tempat ibadah muslim di kota terbesar di Rusia tersebut masih jauh dari mencukupi. Diperkirakan, saat ini hanya terdapat 6 masjid yang relatif besar yang mampu menampung jamaah untuk kegiatan ibadah mingguan ataupun hari-hari besar Islam lainnya. Padahal, jumlah muslim di Moskow pada kisaran 2 juta orang, atau merupakan kota dengan jumlah muslim terbesar di Eropa.

Oleh karenanya, di tengah rencana pembangunan masjid di beberapa titik di kota Moskow, masjid Prospek Mira diperlebar dan akan dijadikan pusat kegiatan Islam. Menurut Wakil Mufti Rusia, Hazrat Rushan Abbasyov, renovasi masjid yang sudah berjalan selama lebih dari 4 tahun ini akan berakhir pada tahun depan. Masjid baru tersebut hampir separuh masjid Istiqlal Jakarta dan menelan biaya yang tidak sedikit. "Bantuan datang dari semua penjuru dunia, khususnya dari milyarder muslim Rusia. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dipakai," ujarnya.

Sampai saat ini, pembangunan masjid ini terlihat masih barjalan lambat. Baru dua pertiga bagunan terselesaikan. Hampir semua rangka bangunan telah bediri, tebok sudah tegak menjulang, namun finishing touch tampaknya masih memerlukan perhatian tersendiri. Dan melihat perkembangan masjid ini, kelihatannya para pengurus menganut prinsip Jawa: alon-alon waton kelakon alias pelan tapi jadi. Kendala finansial kemungkinan menjadi ganjalan tersendiri.

Masih menurut Abbasyov, sebenarnya masyarakat Moskow setidaknya masih memerlukan sekitar 10an masjid sebesar Masjid Prospek Mira yang sedang dibangun. Jumlah muslim yang terus membengkak dari waktu ke waktu tidak mungkin bisa diakomodir dengan masjid yang ada. Masalah ini harus dipahami oleh pemerintah setempat dengan memberikan izin mendirikan masjid yang lebih banyak. Sebab kebutuhan tersebut merupakan realitas sosial yang perlu diperhatikan secara serius.

Karena keadaan darurat pula, maka shalat berjamaah di masjid Prospek Mira sudah tidak mengikuti kaidah-kaidah fiqhiyah. Makmum di depan imam tidak dipersoalkan lagi. Shalat di tempat yang tidak suci seperti jalanan menjadi syah adanya. Bahkan makmum tidak bisa mendengar suara imam apalagi melihatnya, dianggap hal yang wajar. Tuhan itu maha tahu dan tidak mempersulit hambaNya, begitu kata jamaah.

Jangan lupa, fenomena mbludaknya shalat jum'at di masjid Prospek Mira hanyalah sebuah contoh dari sekian banyak masjid di kota Moskow. Karena tidak mencukupi kebutuhan maka shalat jum'at banyak didirikan di berbagai tempat seperti kampus dan lokasi lainnya. Bahkan KBRI Moskow yang berkedudukan di Novokuznetskaya Ulitsa juga melaksanakan kegiatan jum'atan yan diikuti oleh masyarakat Islam Indonesia, ASEAN dan negara muslim lainnya.

Puncak dari aktivitas ibadah muslim di Moskow persis dengan di Indonesia, yakni pada saat Idul Fitri tiba. Inilah perayaan akbar yang tidak bisa dinafikan oleh umat Islam Rusia, termasuk mereka yang bermukim di kota Moskow. Semua muslim akan beduyun-duyun menuju tempat ibadah.

Shalat idul fitri didirikan pada jam 9 atau jam 10, tergantung saat itu bertepatan pada musim apa. Ketika bertepatan musim panas, jam 9 tentu sudah agak siang, sebaliknya pada musim dingin jam 10 masih terasa masih pagi. Biasanya, dua jam sebelum dilaksanakan shalat, masjid Prospek Mira sudah tidak mampu lagi menampung jamaah. Mereka yang sudah berada di dalam tentu enggan keluar, khawatir tempatnya diambil yang lain. Takbirpun terus bekumandang.

Satu jam menjelang sholat, seluruh lingkungan masjid sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Bahkan jalan raya di sekitarnya juga tidak mampu lagi menampungnya. Kebanyakan tidak kebagian tempat. Mereka hanya bisa berdiri dan melihat dari kejauhan aktivitas keagamaan di sekitar masjid. Masjid bagaikan rumah lebah yang dikerubungi tawon dalam jumlah yang berjibun. Bahkan diantara mereka rela hanya bisa beterbangan di sekitarnya.

Dan, pada saat shalat akan didirikan, sebuah pemandangan yang luar biasa akan terjadi. Halaman stasiun metro yang berjarak pada kisaran satu kilometer dari masjid ini sudah disesaki orang yang siap melaksanakan ibadah. Mereka adalah buntut dari rangkaian manusia yang bermula di dalam masjid. Mereka tidak hanya di depan imam, namun sudah tidak mampu lagi melihat dan mendengar suara imam yang berada di dalam masjid.

Suatu ketika, seorang pejabat Indonesia ikut shalat idul fitri di masjid Prospek Mira. Ketika pulang dengan baju yang basah kuyup, ia hanya bisa tersenyum puas meskipun tidak kebagian tempat di dalam masjid. Kepada siapapun ia menceritakan pengalamannya yang luar biasa di hari itu. "Ternyata, shalat di negeri mantan komunis, jauh lebih mengesankan dari shalat dimanapun. Meskipun dapat tempat jauh dari masjid dan terus diguyur salju, tak seorangpun beranjak pergi."

(Penulis adalah diplomat Indonesia di Moskow, [email protected])

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA