Demikian tercermin kala KH Salahudin Wahid diminta tanggapannya atas pernyataan Ketua DPP Partai Demokrat, Ikhsan Modjo, yang menyebut para tokoh agama sering asal kritik. Menurut Salahudin Wahid, sanggahan dari pendukung SBY harus disikapi dengan arif.
"Setiap orang berhak berpendapat, berhak mengkritik, tidak masalah," kata tokoh Nahdlatul Ulama bersapaan Gus Sholah ini kepada
Rakyat Merdeka Online, Sabtu siang (22/10).
Justru dia berpendapat, ajakan dari pihak manapun untuk bersama-sama membicarakan problem bangsa harus disambut dengan positif.
"
Monggo saja bertemu siapapun itu, kalau untuk kebaikan kenapa tidak," ujarnya.
Gus Sholah menegaskan sekali lagi, aspirasi para tokoh agama sama sekali tidak punya motif lain kecuali gerakan moral.
"Ini betul-betul gerakan moral. Kami tidak punya kekuatan apa-apa, pasti moral," tandasnya.
Tadi pagi, dalam diskusi bertema "Setelah Menteri Berganti" di Cikini, Jakarta, Ketua DPP Partai Demokrat, Ikhsan Modjo, sempat menyatakan bahwa landasan kritik tokoh lintas agama dan kelompok lain kepada pemerintah sering tidak tepat bahkan didasari data yang salah.
"Asal bunyi saja kritiknya, tidak ada solusi alternatif yang ditawarkan," tegas Ikhsan.
Teguran moral para tokoh lintas agama ke pemerintah terakhir kali diutarakan melalui surat terbuka pada rakyat yang dibacakan di Tugu Proklamasi, pada Selasa lalu (18/10). Dan Gus Sholah ada di antara mereka. Saat itu dia mengatakan bahwa seruan tersebut murni seruan moral yang mengajak rakyat untuk optimis pada masa depan.
Selain Gus Sholah, barisan tokoh agama yang berpartisipasi kala itu terdiri dari Ahmad Syafii Maarif, Mgr. Martinus D. Situmorang, Pdt. Andreas Yewangoe, Bikhu Sri Panyavaro Mahathera, Ida Pedande Sebali Tianyar Arimbawa, Haksu Thjie Tjai Ing Xueshi, Frans Magnis Suseno SJ, Djohan Effendi, Azyumardi Azra dan Abdul Mu'ti.
[ald]
BERITA TERKAIT: