FROM MOSCOW WITH LOVE (11)

The Power of Vodka

Oleh: M. Aji Surya

Kamis, 20 Oktober 2011, 11:50 WIB
The Power of Vodka
aji surya
Ketika kata Rusia disebut, maka salah satu kata lain biasanya muncul. Vodka, minuman beralkohol yang sangat legendaris. Menjadi simbol persahabatan, bisnis, persekongkolan, dan sekaligus salah satu sumber kematian.

Suatu siang di sebuah taman di halaman metro Novokuznetskaya, seorang lelaki terlihat sedang mabuk kepayang. Sambil duduk di atas pagar, tangan kanannya memegang botol Vodka, tangan kirinya menunjuk-nunjuk orang yang sedang lewat, dan mulutnya terus ngoceh sekenanya. Para pejalan kaki tidak menghiraukannya dan tidak memberikan perhatian sedikitpun.

Tiba-tiba ia mendekati seorang wanita muda yang sedang bicara melalui telepon selulernya. Saat wanita itu berhenti bicara dan mendengarkan suara lawan bicaranya, lelaki mabuk itu berbicara kencang sambil menggerakkan tangannya. Seolah ia sedang berdiskusi dengan sang wanita. Keduanya tidak saling terusik. Saling memahami. Wanita itu tetap menelpon sampai usai dan si pemabuk terus berakting dengan diskusinya yang berantakan.

Usai menelepon, laki-laki pemabuk dengan pakaian lusuh itu mengulurkan tagannya dan memberi aba-aba bahwa dirinya perlu rokok. Tanpa banyak kalam, si wanita muda berparfum wangi membuka tasnya dan mengambil satu bungkus rokok lalu disorongkan kepada peminum Vodka. Sambil tertawa puas, pria itu ngeloyor setelah mengambil dan menyalakan satu batang rokok. Bisa jadi, pikirnya, ia merasa sudah menyelesaikan tugasnya menjadi presenter kondang dalam sebuah talkshow teve Rusia. Entahlah.

Sore harinya, dalam sebuah resepsi diplomatik negara terkemuka, beberapa tamu tidak segan meminta kepada bar tender untuk menuangkan setengah gelas Vodka. Toast juga dilakukan dengan mengangkat gelas berisi Vodka. Bahkan kepada para polisi yang berjaga di luar sana, satu botol Vodka mahal diberikan sebagai ucapan terima kasih atas kerjasamanya.

Di lain tempat, seorang warga kita sedang negosiasi bisnis dengan pebisnis Rusia. Sudah beberapa kali pertemuan tidak juga usai dan terancam menghasilkan pepesan kosong. Atas saran seorang teman, pada suatu saat yang tepat, ia mengajak lawan bicaranya untuk minum Vodka. Tawaran disambut positif dan keduanya menjadi setengah teler. Hari berikutnya, kerjasama bisnis dengan lancar diteken.

Tidak hanya itu, ketika seorang pria dan wanita mengesahkan cinta mereka, maka Vodka juga sering ikut ambil bagian. Selain bunga yang menjadi semboyan cinta, maka minuman keras tersebut, seolah merupakan bagian yang tidak boleh terlupakan. Tidak syah tanpa keberadaannya.

Sementara itu, saya bersama staf bertamu di rumah seorang pengusaha Rusia di kota St. Petersburg. Bagi saya, ini merupakan pertemuan yang kesekian kalinya, namun bagi staf saya adalah pertemuan pertama. Sambil makan malam, ia menawarkan minum Vodka sebagai sebuah simbol perkenalan.

Tanpa bisa menolak staf saya tadi menerima tawaran. Bahkan, ketika gelas kecilnya sudah kosong, selalu dituangi lagi sambil keduanya tertawa renyah. Usai pertemuan, belum sampai di hotel, saya mulai kerepotan. Staf saya sudah teler di dalam mobil. Akibatnya, saya bahkan harus memapahnya hingga ke dalam kamar!

Yang pasti juga, setiap musim panas tiba, orang mabuk di tempat umum tiba-tiba merunyak. Seperti musim rambutan di akhir tahun. Banyak laki dan perempuan yang menikmati sinar matahari sambil membawa minuman keras. Banyak anak-anak muda yang jalan kesana kemari dengan botol Vodka di tangannya. Banyak muda mudi pacaran di tempat umum sambil menegak minuman keras. Banyak orang tertidur di halte-halte bus sepanjang hari karena sudah teler kebanyakan minum. Istilah plesetannya: Vodka connecting people!

Di banyak kota di Rusia, Vodka merupakan minuman yang sangat jamak dan lazim. Bisa dibeli di hampir sembarang tempat. Dan harganya, sungguh menakjubkan. Diantaranya lebih murah dibandingkan satu botol air mineral. Itu semua karena memang produksinya bisa sangat mudah dan tidak perlu teknologi terlalu canggih. Setiap penduduk dengan gaji berapapun mampu membelinya.

Kata Vodka mulai dikenal secara resmi pada abad ke-17, dan kemungkinan berasal dari kata voda, yang artinya air. Di masa sebelumnya, nama lain sering digunakan, seperti korchma, anggur pahit, anggur bakar dan lainnya. Ada juga minuman yang sangat dikenal sangat keras yang disebut aqua vitae (bahasa Latin yang berarti air kehidupan), yang dibawa para pedagang Eropa dan dipersembahkan pangeran Dmitry Ivanovich di Moskow sebagai penghormatan atas kemenangannya mengalahkan tentara Mongol. Namun minuman terakhir ini tidak begitu disukai masyarakat.

Pada tahun 1429, tamu asing kembali membawa aqua vitae ke Moskow, namun kali ini dengan cita rasa yang lain sehingga disambut baik oleh kalangan kerajaan. Karena minuman tersebut terlalu keras, maka kemudian oleh peminumnya dicampur dengan air biasa. Ide inilah yang kemudian menginspirasi orang Rusia membuat minumannya sendiri yang berasal dari gandum yang kemudian dikenal dengan Vodka. Pada abad 15, banyak monastery mulai memproduksinya.

Vodka yang terkenal pada zaman Tsar adalah Vodka yang dibuat oleh Pemerintah dan oleh para aristrokrat. Kualitasnya sangat terjaga dan cukup mahal harganya. Inilah produk yang di suatu saat menjadi produk ekspor yang tidak main-main dari Rusia. Adapun Vodka yang murah adalah produksi rumahan penduduk. Vodka terakhir ini dibuat secara sederhana dan dibubuhi dengan berbagai aroma sehingga menciptakan cita rasa yang beraneka macam.

Secara tradisional, Vodka memiliki kandungan alkohol sebanyak 38 persen. Saat ini, di Polandia, Rusia dan Lithuania, Vodka mengandung 40 persen alkohol atau lebih, seperti halnya yang diperjualbelikan di Amerika Serikat. Namun jangan salah, Vodka home industry kadang memiliki kandungan alkohol sampai 62 persen.

Secara tradisional, Vodka menjadi minuman populer di negara-negara Eropa Timur dan sekitar Laut Baltik. Vodka sangat jamak dipakai untuk cocktail dan minuman campuran, seperti Bloody Mary, the Screwdriver, the Sex on the Beach, the White Russian, the Black Russian, the vodka tonic, dan the vodka martini.

Suatu sore, saya bertemu dengan seorang profesor dari salah satu universitas terkemuka di Rusia. Dalam perjumpaan itu telah terjadi perdebatan yang tidak ada akhirnya. Rupanya, sang profesor yang mengaku sangat mengagumi Lenin dan bahkan beraliran komunis ini sangat tidak setuju dengan judul buku yang segera akan saya terbitkan, karena ada kata Vodka. Menurutnya, kata Vodka tidak boleh ada karena sifatnya lebih banyak merusaknya. Bahkan dirinya mengaku sangat jarang minum minuman beralkohol tinggi ini.

Sayapun sempat berkilah bahwa Vodka, suka atau tidak, sering diasosiasikan sebagai minuman khas Rusia, sama halnya kalau kita menyebut kaviar, walaupun memang tidak seratus persen benar bahwa Vodka adalah murni Rusia. Beberapa negara tetangga seperti Polandia, sejak lama juga memproduksi Vodka.

Karenanya, sekedar memberi nama judul buku tentang Rusia antara lain dengan kata Vodka mestinya tidak menjadi masalah besar. Toh judul sebenarnya hanya berfungsi sebagai pematik pembaca agar tertarik untuk membeli. Yang lebih penting adalah konten atau isinya.

Sang profesor tetap saja tidak mau mengerti dengan berbagai alasan yang saya sampaikan. Baginya Vodka memilki nilai yang buruk, atau bad name. Dia menyarankan agar saya menggantinya dengan kata lain seperti kaviar atau kartoshka. Namun semua itu tidak dapat saya terima karena tidak "menjual" dan kita sepakat untuk tidak sepakat. Maka jadilah buku saya akhirnya menggunakan judul: Vodka, Cinta dan Bunga. Maafkan saya prof!

Tapi di atas semua itu, saya sangat memahami apa yang dimaksudkan oleh sang profesor. Vodka merupakan minuman umum namun memiliki dampak negatif yang luar biasa. Vodka memiliki peranan relatif besar dalam menurunkan jumlah penduduk Rusia yang pada tahun 1950an masih berada pada 200an juta, kini tinggal 142 juta jiwa. Padahal, luas wilayah Rusia hampir sepuluh kali lipat dari Indonesia atau masih menjadi negara terluas di dunia.

Seiring dengan kandungan alkohol yang begitu tinggi, maka mengkonsumsi Vodka bisa menyebabkan kematian yang antara lain melalui kegagalan pernapasan. Tidak hanya itu, minum alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi, iritasi digestif, serta berbagai gejala yang terkait dengan keracunan alkohol termasuk berefek kronis bagi kegagalan ginjal dan sirosis serta penyakit mematikan, kanker.

Dan masalah paling besar adalah mengkonsumsi Vodka yang dibuat secara rumahan  yang tidak terkontrol kualitasnya dan mengandung racun yang merusak tubuh. Dalam sebuah survey sebulan di tahun 2007 di Rusia, ditengarai 120 orang telah meninggal dan 1000 orang mengalami keracunan karena mengkonsumsi Vodka.

Dan yang jelas terjadi saat ini, para peminum Vodka dan minuman keras lainnya banyak yang mengalami luka traumatik akibat jatuh dan kecelakaan dalam berkendara. Bila Anda berkunjung ke Moskow misalnya, maka dalam sehari bisa melihat beberapa kejadian tabrakan yang kabarnya diakibatkan oleh dua hal: kurang hati-hati dan pengendara yang terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol.

(Penulis adalah diplomat Indonesia di Moskow, [email protected])

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA