Karena Telah Menjadi Dasar Pergaulan di Indonesia, ITB Perlu Mengajarkan Mata Kuliah Ludruk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Sabtu, 01 Oktober 2011, 23:58 WIB
rmol news logo Tak banyak yang menyadari bahwa ludruk telah menjadi dasar pergaulan di hampir semua sektor di negara ini. Mulai dari sektor bisnis, sektor perbankan, sektor politik, sektor penegakan hukum, sampai sektor per-makelarkasus-an yang biasa disingkat permarkusan.

Begitu sindiran yang hendak disampaikan Komunitas Alumni ITB Angkatan 1981 dalam pergelaran Loedroek Ganesha pada hari Sabtu pekan depan (8/10) di Aula Barat ITB, Jalan Ganesha, Bandung. Pertunjukan ludruk berjudul Habis Gelap Wani Piro itu melibatkan Profesional Srimulat, yakni Tarzan dan Eko, serta Euis dan Nenden dari Project Pop. Selain itu sejumlah alumni ITB yang telah posisi-posisi penting di berbagai cabang industri di Indonesia juga ikut dilibatkan dan akan mewarnai pertunjukan. Disebutkan, mereka tergabung dalam kelompok Amatiran Alumni ITB. 

Fattah Ifandha (Creative Program Manager PT DBI), Teguh Haryono (Direktur Tripatra Engineering) dan IBK Narayana (Direktur Franhaufer Jerman), juga Ahmad Bambang (Deputi Direktur SDM Pertamina), Purwono Widodo (Direktur Komersial KHI/subsidiary Krakatau Steel), Slamet Riadhy (Deputi Direktur Hulu Pertamina) dan Fadzri Sentosa(Direktur Indosat Tbk), termasuk dalam line up. Begitu juga Justiani (CEO SMarTDev & Financing Asia Pacific) yang dikenal sebagai aktivis politik.

Empat pesinden dalam pertunjukan itu juga alumni ITB, yakni Dyah Erowati (CEO Petrogas Wira Jatim), Yanti Hadipoero (Financial Planner), Ririn Sudarsono (dosen Arsitektur IRB), dan Sophia Alisjahbana (Rektor Universitas Bakrie).

Habis Gelap Berani Piro yang disutradarai Fattah Ifandha berkisah tentang perjalanan beberapa mahasiswa ITB dari suka duka kuliah, naksir cewek, gerak-gerik oportunis cari tempat kos yang ada ceweknya dan cari gratisan, sampai lulus dan berkarya dalam masyarakat dengan lika-liku dan trik-trik cari proyek, menjilat, menegosiasi, menakut-nakuti atas nama kekuasaan sampai bagaimana menyiasati perkara di pengadilan dan hasilnya berkolaborasi dengan hakim.

Penyelenggara menyebutkan bahwa pertunjukan ini merupakan contoh sekaligus usul, agar ITB memasukkan kurikulum ludruk kedalam matakuliah resmi. Sebab, banyak lulusan ITB jadi pengangguran dikarenakan tidak memahami lika-liku perludrukan yang ternyata telah menjadi dasar pergaulan di negeri ini. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA