Celakanya, respons SBY itu malah dirasakan masyarakat sebagai upaya pengalihan isu atas berbagai kegagalan SBY memberantas korupsi.
Menurut tokoh senior Partai Golkar, Zainal Bintang, tawaran reshuffle kabinet lebih bernada kepanikan menghadapi berbagai manuver gerakan masyarakat yang bernada kecewa.
"SBY agak panik karena ambruknya keutuhan Setgab Koalisi parpol dan merosotnya popularitas SBY yang telah banyak dipublikasi berbagai lembaga survei," kata Bintang kepada
Rakyat Merdeka Online, Sabtu siang (17/9).
Wartawan senior itu mempertanyakan dasar pergantian menteri dan sumber perekrutan. Pertanyaan itu mengemuka mengingat dua menteri yang disorot tajam saat ini, yaitu Menpora Andi Mallarangeng (petinggi Demokrat) dan Menakertrans Muhaimin Iskandar (Ketum PKB), keduanya adalah adalah "anak emas" SBY di lingkaran parpol Setgab Koalisi.
Sulit bagi SBY untuk bersikap tegas, dan sulit juga untuk tidak bersikap tegas. Bintang mengingatkan bahwa dirinya pernah memberi saran kepada SBY agar segera "turun tangan" membenahi kemelut korupsi yang melanda semua lini pemerintahan, karena jika SBY tidak mau bertindak tegas maka tidak tertutup kemungkinan SBY memilih "turun tahta" karena tekanan dan kekecewaan yang sudah bertumpuk.
SBY harus segera mengambil langkah cepat dan tegas, lebih cepat lebih baik. Antara memelihara kepercayaan rakyat atau memelihara bangunan Setgab Parpol.
"SBY tidak akan mampu memperoleh keduanya," ujar Bintang.
Meskipun demikian, tindakan reshuffle nampaknya tidak terlalu banyak menolong posisi SBY.
"Politik pencitraannya sudah kehabisan daya tarik. Banyak digerogoti kasus korupsi yang mencuat tiap menit di depan mata SBY," tambahnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: