Dua Profesor dari Jepang Jelaskan Potensi Gempa Selat Sunda

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Selasa, 13 September 2011, 07:31 WIB
Dua Profesor dari Jepang Jelaskan Potensi Gempa Selat Sunda
ilustrasi/ist
rmol news logo Bulan Maret lalu, gempa berkekuatan 9 Skala Richter yang menggoncang pantai timur Tojoku, Jepang, menghasilkan gelombang tsunami setinggi 10 meter yang menyapu Sendai di Prefektur Miyagi.

Mabes Polisi Jepang melaporkan, tsunami tersebut menewaskan 15.269 orang, sementara 8.526 lainnya hilang. Gempa ini tercatat sebagai gempa terbesar di Jepang dan merupakan satu dari empat gempa terbesar di dunia sejak pencatatan gempa secara modern dimulai.

Sejauh ini gempa terbesar di dunia yang tercatat terjadi di Chili pada 1960 dengan kekuatan 9,5 SR.

Dua pakar gempa dari Jepang tengah mengunjungi Indonesia untuk mempresentasikan berbagai hal yang berkaitan dengan gempa Sendai termasuk proses mitigasi yang dilakukan pemerintah Jepang untuk menghadapi gempa yang telah diperkirakan akan terjadi sejak 30 tahun sebelumnya.

Kedua pakar itu, Prof. Kanji Satake dari Universitas Tokyo dan Prof. Tanioka dari Universitas Hokkaido juga menjelaskan kesamaan karakter kawasan pantai timur Tojoku dengan kawasan Selat Sunda-Krakatau. Penjelasan mengenai kemiripan karakter kedua wilayah itu mereka sampaikan dalam pelatihan managemen kebencanaan yang sedang digelar Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial di Hotel Grand Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan. 

“Banyak informasi yang harus kita gali dari kedua pakar gempa Jepang ini, terlebih yang berkaitan dengan potensi gempa di Selat Sunda dan kawasan-kawasan lain di Indonesia,” ujar AsistenStaf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Wisnu Agung Prasetya, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (13/9).

Pelatihan itu diselenggarakan kantor Andi Arief bersama dengan International Criminal Investigate Training Assistance Program (ICITAP) yang berada dibawah Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Pelatihan digelar sejak Senin kemarin (12/9) hingga Jumat mendatang (16/9).

Mahasiswa program master Graduate Research And Earthquake Tektonic (GREAT) ITB juga menghadiri pelatihan itu bersama anggota Satuan Relawan Jakarta Rescue, serta BPBD Garut yang sedang mempersiapkan mitigasi untuk Gunung Papandayan. Ketua Tim ICITAP, Jhon Mountino, juga hadir dalam kegiatan ini.

“Pelatihan ini merupakan program pelatihan terpusat. Peserta diharapkan menjadi master training dan mampu mensosialisasikan di lingkungannya masing-masing,” demikian Wisnu. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA