Publik gempar ketika Presiden Susilo bambang Yudhoyono memberikan bintang penghargaan pada istrinya sendiri, Kristiani Herawati Yudhoyono beberapa hari sebelum peringatan kemerdekaan RI (Jumat, 12/8). Tidak tanggung-tanggung, Ibu Negara yang bersapaan Ani itu, dianugerahi Bintang Republik Indonesia Adipradana.
Bintang Republik Indonesia Adipradana adalah tanda kehormatan yang tertinggi bagi individu yang dinilai negara punya reputasi luar biasa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meski Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid) dan Taufik Kiemas (suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri) juga mendapat bintang yang sama, banyak nada sinis mengiringi penyematan bintang oleh SBY di dada kiri istrinya.
Sebaiknya, Presiden menjelaskan kriteria penilaian terhadap tokoh-tokoh yang terpilih menerima bintang jasa itu, termasuk istrinya. Memang pemberian bintang penghargaan adalah hak prerofatif Presiden sehingga petimbangan subjektif personal bisa muncul.
Tapi kesan nepotisme kuat pada upacara penyematan di Istana saat itu. Juga ada yang mempertanyakan jasa apa yang sudah dilakukan Ani Yudhoyono untuk bangsa ini, lebih lagi jika dibandingkan dengan apa yang sudah diperbuat oleh istri mantan Presiden Soeharto, (alm) Siti Hartinah Soeharto dengan rentetan proyek mercusuarnya namun sampai kini belum ada satupun bintang jasa yang melekat padanya.
Yang tidak kalah menggemparkan adalah, selain memberi bintang penghargaan pada istrinya sendiri, di upacara yang sama SBY juga menganugerahi Bintang Mahaputera Adipradana pada mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (yang kebetulan juga punya panggilan akrab, Ani). Ani yang satu ini tidak datang ke Istana karena sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia tentu memiliki kesibukan yang luar biasa. Terlebih, Amerika Serikat (AS) sedang dilanda krisis keuangan.
Tidak ada alasan yang jelas dari pemerintah mengapa Sri Mulyani sampai mendapat kehormatan itu. Apalagi skandal bailout Bank Century belum tuntas proses hukumnya. Bagi kalangan ekonom, mantan petinggi International Monetary Fund yang kini jadi petinggi Bank Dunia itu, juga identik dengan kebijakan ekonomi yang terlalu pro-pasar dan paham neoliberalisme.
Memang masih banyak yang tidak mengerti alasan SBY memberi bintang ke beberapa nama lain yang dianggap tak cukup layak. Misalnya, kepada mantan Menko Kesra Aburizal Bakrie dan Sekjen Dewan Perwakilan Daerah Siti Nurbaya.
Tapi baiklah kita melihat apa yang jadi topik polling kita dua pekan belakangan ini. Sepekan sebelum Duo Ani itu dianugerahi penghargaan oleh SBY, Rakyat Merdeka Online sudah membuka polling yang menimbang potensi keduanya jika bertarung dalam pemilihan presiden 2014.
Membuka polling itu bukan tanpa sebab. Karena, terhitung lebih dari sekali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan komitmen untuk tidak akan memajukan anggota keluarganya bertarung di Pilpres 2014. Tapi semakin SBY mengumbar janji, tak kunjung reda kecurigaan sebagian publik dan elit politik bahwa politik Dinasti Cikeas akan diawetkan SBY. Dia mengizinkan anak bungsunya, Edhie Baskoro Yudhoyono, menjadi Sekjen DPP Partai Demokrat. Bukan tidak mungkin, SBY akan memuluskan anggota keluarganya ke arena 2014. Nama Ibu Negara, Ani Yudhoyono, paling kuat dipergunjingkan.
Soal Sri Mulyani, pencalonanannya oleh Partai Serikat Rakyat Independen tidak bisa dianggap remeh. Oleh pendukungnya, Sri Mulyani dianggap punya integritas tinggi dan termasuk menteri yang bisa berdebat panjang dengan presiden dalam rapat kabinet. Dia juga punya pengalaman berpolitik dan menajerial mengelola pemerintahan. Apalagi dia punya pengalaman internasional, mengelola lembaga nasional dan berhubungan dengan kalangan internasional.
Pengamat politik Siti Zuhro menegaskan, kalau saja Sri Mulyani bisa menyelesaikan kendaraannya, partai atau apapun cara untuk bisa maju di Capres 2014, maka bukan tidak mungkin dia akan bersaing dengan Ani Yudhoyono.
Gejala menarik. Pemberian Bintang Tanda Jasa tersebut memiliki nuansa politis. Sebab, Sri Mulyani dan Ani Yudhoyono, sama-sama dijagokan sebagai Capres 2014.
Hingga hari terakhir polling
Rakyat Merdeka Online, Kristiani Yudhoyono dinyatakan lebih ulung dari Sri Mulyani Indrawati, jika mereka bertarung di arena Pilpres. Kristiani Yudhoyono menutup angka 36,7 persen. Sedangkan, Sri Mulyani Indrawati di angka 29,1 persen.
Tapi, perolehan angka Sri Mulyani dan Ani Yudhoyono itu terpaut tipis dengan jumlah 34,4 persen responden yang menegaskan "Tidak Ada" yang layak dipilih. Fenomena menarik.
[ald]
BERITA TERKAIT: