INDONESIA RAYA

Kisah Pilu Mbah Miratun dan Desanya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Minggu, 10 Juli 2011, 21:34 WIB
RMOL. Mbah Miratun bertubuh ringkih dan kulitnya keriput di sana-sini. Dia hidup serumah bersama kakaknya, Sarmun dan kedua adiknya, Legi dan Misinem. Ketiga saudara kandungnya memiliki cacat fisik dan keterbelakangan mental yang membuat mereka hidup tidak terurus. Keterbelakangan itu sudah mereka idap dari sejak lahir.

Mbah Miratun beserta saudara-saudaranya hidup di rumah amat sederhana berukuran kecil, bertembok kayu dan berlantai semen di Desa Krebet, Dukuh Gupakwarah, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di salah satu sisi tertempel stiker "Penerima Bantuan Program Jaminan Sosial Bagi Penyandang Cacat Berat Kementerian Sosial."

Hanya Mbah Miratun yang bisa diajak berkomunikasi, itupun hanya untuk berbincang-bincang ringan. Ketika ditanyakan hal-hal yang membutuhkan ingatan kuat, Mbah Miratun menjawab sekenanya sambil tertawa.

Sarmun yang tampak berusia sekitar 40 tahunan menderita buta mendadak hampir sepuluh tahun terakhir. Sarmun juga tidak dapat diajak berkomunikasi. Legi mengidap keterbelakangan mental dan bisu tuli. Misinem yang berusia sekitar hampir 30 tahun, lumpuh total, mengidap keterbelakangan mental dan sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi.

Kala Rakyat Merdeka Online berkunjung ke kediamannya yang sangat sederhana dan berdebu pada Minggu petang (10/7), Mbah Miratun sedang membersihkan pekarangan di samping bangunan rumahnya. Sementara saudara-saudaranya berdiam diri di teras rumah. Sehari-hari dengan segala keterbatasan, Mbah Miratun mengurus diri sendiri dan ketiga saudaranya.

Tubuh Mbah Miratun, Sarmun, Legi dan Mesinem terlihat begitu kotor. Begitupun kediaman mereka. Mbah Miratun mengaku tujuh bersaudara. Tapi, kata Mbah Miratun lagi dengan bahasa Jawa Timur yang kental, tiga saudaranya yang lain sudah lama meninggalkan mereka. Setahunya, ketiganya tinggal sudah membentuk keluarga. Sementara kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dunia.

Sunardi, staf bidang pemerintahan di Kecamatan Jambon, yang menemani Rakyat Merdeka Online beserta beberapa wartawan dan staf Kementerian Sosial bertamu ke rumah Mbah Miratun, mengatakan, Mbah Miratun dan keluarga kecilnya hidup dalam kondisi mengenaskan bertahun-tahun. Memang sudah banyak pihak, baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah dan pusat memberikan bantuan pada Mbah Miratun. Hal itu juga hanya terjadi karena sudah pernah beberapa media massa memberitakan kisah hidup Mbah Miratun yang mengenaskan ke khalayak luas.

Mbah Miratun sekeluarga makan sehari-hari dari hasil pekarangan kecil yang terletak di belakang rumahnya. Seperti kebanyakan orang di desa tersebut, ketela atau singkong yang diolah menjadi gaplek adalah makanan sehari-hari. Kalau ada bantuan datang dari para tetangganya itu pun kadang-kadang sekadar bonus untuk lauk. Pantas saja, tubuh Mbah Miratun dan saudara-saudaranya terlihat begitu kecil kurus kering.

"Sudah ada beberapa pihak seperti pemerintah daerah memberikan bantuan. Tapi bantuan itu ya habis begitu saja. Tidak ada yang merawat mereka secara permanen," ujar Sunardi yang tinggal beberapa kilometer dari rumah Mbah Miratun.

Sebelumnya, Kepala Desa Krebet, Jemiran, mengungkapkan, penyakit cacat mental amat ternama di Desa Krebet.

"Dari  7841 warga disini (Desa Krebet), sekitar 104 orang yang terdata membutuhkan penanganan khusus. 60 persennnya cacat mental, sisanya fisik," umbar Jemiran.

Desa Krebet masih mending kata Jemiran. Di desa tetangga, yang dulunya adalah bagian dari Krebet, yaitu Sidoharjo, ada sekitar lebih dari 150-an warganya yang mengidap cacat mental maupun fisik.

"Fenomena ini sudah berlangsung lama. Ada mereka yang sejak lahir sudah cacat, tapi banyak juga yang cacat mental ketika dewasa. Sekitar dua tahun belakangan ini makin banyak. Tapi hanya akhir-akhir ini pemerintah pusat maupun daerah memberikan perhatian khusus," ujarnya.

Dari hasil penelusuran ke berbagai sumber, diketahui bahwa keterbelakangan mental (retardasi mental) adalah keadaan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri. Para penderitanya memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. Dan beberapa analisis medis menunjukkan, faktor penyebab keterbelakangan mental bisa antara lain pengaruh gizi terutama kurangnya asupan gizi yang mengandung yodium. Selain itu dipicu juga oleh perkawinan sedarah, faktor genetika (dari perkawinan sesama penderita), dan pengaruh lingkungan.

Sunardi mengakui, warga Desa Krebet dan Desa Sidoharjo memang belum begitu mengenal pengobatan modern dan tidak tahu mendalam soal apakah yang disebut "idiot" serta penyebabnya.

"Asupan gizi juga bisa jadi faktor terutama Karena warga disini sangat kekurangan yodium. Kadar yodium yang terkandung dalam asupan sehari-hari mungkin nol persen. Dan warga juga belum banyak mengetahui pengobatan modern. Makanya beberapa kali pemerintah daerah memasok dan mengkampanyekan yodium kesini," tuturnya.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA