“Jumlah mereka sedikit sementara kesadaran politik mereka pun rendah dan cepat terpukau dengan pencitraan,†begitu kata jurnalis senior Budiarto Shambazy yang kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu siang (10/7).
Di Tunisia dan Mesir, misalnya, social media menjadi elemen yang dapat memicu revolusi. Sementara di Indonesia, kelas menengah mempergunakan social media sekadar untuk memenuhi gaya hidup.
“Kelas menengah yang sadar politik hanya segelintir, yakni mahasiswa, intelektual, dan aktivis,†kata dia lagi.
Budiarto Shambazy mencontohkan sikap kelas menengah di sebuah pemukiman perumahan mewah yang beberapa waktu lalu menolak pembangunan jalur Transjakarta di perumahan itu. Warga protes karena busway yang hendak dibangun dianggap sebagai lambang orang miskin dan kelas bawah yang mau melintas di depan rumah mereka. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: