Selain alasan jarak waktu yang relatif masih lama, Presiden mestinya lebih menunjukkan kepedulian pada persoalan-persoalan terkini, menyangkut masalah ekonomi, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi atau merespons masalah pendidikan yang kini sedang menjadi keprihatinan puluhan juta keluarga Indonesia.
"Biarkan saja isu Capres 2014 itu menjadi konsumsi dan bahan diskusi internal Partai politik, LSM atau para pemerhati. Presiden tak perlu mendorong isu ini ke ruang publik," kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo kepada
Rakyat Merdeka Online, kemarin petang.
Dengan mengangkat isu Capres 2014, publik terdorong untuk membuat kesimpulan atau persepsi negatif tentang pemerintah. Karena, menurutnya, hal itu akan memunculkan kesan di benak publik bahwa Presiden tidak fokus memikirkan aneka persoalan yang sedang dihadapi rakyat. Sebab, Presiden terbukti lebih memikirkan Capres dan posisi keluarga pada Pilpres 2014 yang pelaksanaannya masih harus ditunggu selama tiga tahun lagi.
"Masih segar dalam ingatan kita bahwa Presiden baru saja menyita perhatian publik karena menanggapi SMS dari 'tempat gelap'. Publik mendengarkan bagaimana Presiden berkeluh kesah tentang SMS dari 'tempat gelap' itu," beber anggota Komisi III DPR ini.
Nah, belum reda soal polemik tentang tanggapan Presiden atas SMS gelap itu, pekan lalu publik lagi-lagi diminta menyimak dan memahami posisi SBY dan keluarga pada Pilpres 2014. Semua keluhan dan Curhat Presiden selalu didengar dan ditanggapi publik.
"Hari-hari ke depan, mestinya menjadi giliran Presiden yang mendengarkan dan menanggapi keluh kesah rakyat," harap Wakil Ketua Umum KADIN ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: