Selamat Jalan Pelantun 'Presiden Sontoloyo'

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 20 April 2011, 16:24 WIB
<i>Selamat Jalan Pelantun</i> 'Presiden Sontoloyo'
RMOL. Franky Sahilatua meninggal dunia petang ini pukul 15.15 WIB di RS Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan dalam usia 57 tahun.

Musisi rakyat yang selalu menyuarakan kebenaran lewat nada dan lirik indah ini bernama asli Franky Hubert Sahilatua. Franky lahir di Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 1953

Almarhum dikenal dengan lagu-lagu balada yang bercerita tentang alam dan keseharian hidup. Sejak pertengahan 1970-an ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua dan melahirkan 15 album. Pada 1993, duet mereka menghasilkan sebuah tembang abadi berjudul "Lelaki dan Rembulan". Setelah Jane berkeluarga, Franky bersolo karir.

Pada masa 90-an di tengah represivitas pemerintah Orde Baru, Franky mulai terlibat aksi-aksi panggung bertema kritik sosial. Pada peralihan Orde Baru ke Reformasi, tembang-tembang Franky menjadi salah satu insipirasi para aktivis untuk bergerak. Tembang Perahu Retak (1995) misalnya,

aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan

aku heran, aku heran

satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan

Pada 2008, ia menciptakan tembang khusus untuk mengenang mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Maftuh Fauzi yang tewas akibat kekerasan polisi.

Karena itu, lagu tersebut diberi judul “Ode untuk Maftuh”.

“Maftuh mati karena melawan presiden sontoloyo/Kami semua melawan presiden sontoloyo/Kami rakyat Indonesia hidup semakin susah/Kami semua melawan presiden sontoloyo,” dendang Franky. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA