"Itu mimpi besar beliau pribadi yang kita patut apresiasi, tapi sayangnya tidak didukung kekuatan politik di AS," ujar anggota Komisi I DPR, Muhammad Najib, kepada
Rakyat Merdeka Online, Rabu (10/11).
Ia tidak menyebutkan secara spesifik kekuatan mana yang menjadi penentang utama mimpi Obama memperbaiki komunikasi dengan dunia Islam.
"Tidak spesifik kekuatan lobi Yahudi, tapi kekuatan ekonomi kapitalis yang tidak dukung kebijakan Obama," jelasnya.
Bahkan, di negeri sendiri pun Obama begitu sulit membangun cita-cita toleransi dengan umat Islam. Indikasi pertama, di negeri sendiri tak bisa cegah kelompok radikalis yang anti-Islam.
"Itu terlihat dari pembajakan Alquran dan penolakan terhadap pembangunan masjid di New York. Di bawah permukaan, wacana Obama tak bisa jadi wacana besar di negerinya sendiri," tegasnya.
Najib juga menambahkan, negeri Paman Sam selamanya akan bersikap pragmatis dalam kebijakan dengan dunia luar, bagaimana mendominasi negara lain.
"Dalam skala internasional, Obama sudah berkuasa di Gedung Putih tapi menekan sedikit saja sikap Israel yang anti Palestina tak berhasil. Bahkan Netanyahu menantang Obama," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: