Di dampingi pihak Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), belasan keluarga korban tersebut tampak mengenakan kaos putih yang pada bagian belakang bertuliskan "Pilih Kapolri: Ingat Trisaksi dan Semanggi".
Divisi Pemantauan Impunitas Kontras, Yati Andriyani kepada Rakyat Merdeka Online mengatakan, patut disayangkan keputusan Presiden SBY memilih Timur Pradopo sebagai calon tunggal Kapolri.
"Pilihan nama ini merupakan wujud tidak sensitifnya Presiden dengan agenda penuntasan pelanggaran berat HAM di Indonesia," ujar Yati saat ditemui
Rakyat Merdeka Online, di lobi Gedung Nusantara II DPR, Senayan, siang ini (Senin, 11/10).
Dalam catatan memori para korban, Timur Pradopo merupakan salah seorang pimpinan Polri yang hadir dan memegang kendali salah satu komando pada peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti tahun 1998 dan Semanggi II tahun 1999.
Untuk diketahui pada tahun 1999, Timur menjabat Kapolres Jakarta Pusat. Setahun sebelumnya, dia adalah Kapolres Jakarta Barat. Selaku Kapolres Jakbar saat itu, Timur Pradopo bertugas sebagai Wakil Komandan Kolaops dalam struktur komando operasi Mantap Jaya III di bawah pimpinan Pangdam Jaya, Mayjen TNI Safrie Syamsuddin. Dia juga berada dalam struktur komando operasi Mantap Brapa III dengan penanggung jawab Kapolri Jenderal Dibyo Widodo.
Timur Pradopo berada di lapangan saat terjadi penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Begitu pula dalam peristiwa Semanggi II. Dalam dua peristiwa berdarah tersebut, Timur Pradopo bertanggung jawab pada tingkat lapangan.
Para keluarga korban ini direncanakan bertemu Komisi III DPR pada pukul 13.00 WIB. Namun diundur menjadi pukul 16.00 WIB. Saat berita ini diturunkan, mereka tengah menuju ruang Fraksi PDI Perjuangan di gedung Nusantara I.
[wid]
BERITA TERKAIT: