"Kenapa itu bisa terjadi, pasti karena lemahnya pengawasan. Dari mana sumber senjata itu, kemungkinan besar itu adalah senjata rampasan ketika konflik di beberapa wilayah baik konflik vertikal atau horizontal," jelas Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hasanuddin, kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Jumat, 20/8).
Ia menuturkan contoh, misalnya pada konflik horizontal di Ambon, Maluku, pasca 1998, ada ratusan senjata rampasan dari konflik yang hilang dari gudang asrama Markas Brimob. Lalu, pada konflik antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), diketahui bahwa dari 6000 ribu pucuk yang disinyalir dimiliki GAM, hanya 3000 pucuk yang diserahkan kepada aparat kemanan RI.
"Itu kemana, belum tertangkap semua. Setahu saya senjata M-16 itu paling banyak dari wilayah Ambon. Kalau AK-47 pasti selundupan. Dari mana menyelundupkannya masuk lewat pelabuhan di wilayah Aceh dan daerah Miangas Sulawesi Utara," jelasnya.
Seperti marak diberitakan, perampok bersenjata api semakin merjalalela di Indonesia. Terakhir adalah perampokan Bank CIMB Niaga, Jalan AR Hakim, Medan pada Rabu, (18/8). Komplotan perampok menggunakan senjata laras panjang AK 47, M 16 dan pistol. Aksi mereka menewaskan seorang prajurit Brimob bernama Manuel Simanjuntak.
Lalu tadi malam (Kamis, 19/8) pencurian kendaraan bermotor di Kemang, Jakarta Selatan, juga dengan letupan senjata api dari pelaku. Sebelumnya, di Jakarta juga, perampokan toko emas di Tebet, Jakarta Selatan pada 6 Agustus 2010
[ald]