Hal itu terbaca jelas pada Quran Surah
As Shad 26, "(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."
Kekuasaan itu pasti menggiurkan. Hampir semua orang menginginkannya. Pileg, Pilpres, pasti mencari kekuasaan. Dengan kekuasaan, seseorang bisa naik statusnya. Bisa mendapat keistimewaan-keistimewaan, kehormatan. Dengan kekuasaan, hampir selalu bisa mendapat apa yang diinginkan.
Tapi Allah mengingatkan, dengan kekuasaan pula seseorang bisa dihinakan.
"Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (
QS. Ali 'Imran 3: Ayat 26)
Allah juga menyertakan ujian dalam setiap kekuasaan. Ujian paling elementer adalah keadilan. Apakah dengan kekuasaan bisa berlaku adil? Jika bisa, maka Allah akan meninggikan derajatnya. Tetapi jika tidak bisa, maka Allah akan menghinakan serendah-rendahnya. Terutama di akhirat.
Ujian kedua adalah, kekuasaan itu sangat dekat dengan hawa nafsu. Sementara hawa nafsu sering dipergunakan setan untuk menyesatkan manusia. Lengah sedikit, seorang penguasa dalam sekejap bisa berubah menjadi monster. Menindas, semena-mena. Kekuasaan di tangannya berubah menjadi racun, pedang, api membakar.
Allah pun menguji Daud. Ujian itu ditulis dalam Al Quran Surah
As Shad 21–25. Alkisah, Daud sedang di Mihrab (tempat ibadah). Datanglah dua orang bersaudara yang berselisih.
Yang satu orang memiliki 99 ekor kambing betina. Sedang yang satu orang memiliki seekor kambing jantan saja. Pemilik 99 ekor kambing itu meminta agar saudaranya menyerahkan satu-satunya kambing itu kepadanya. Dalam perdebatan, pemilik satu ekor kambing itu kalah. Lantas mereka menghadap Daud untuk mendapatkan keadilan.
Daud berkata, ”Sungguh dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan ke kambingnya.”
Sejarawan Islam, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi, menuliskan, ketika mendengar pernyataan Daud itu, mereka tertawa, hingga membuat Daud marah. Tapi karena dua orang itu tenang-tenang saja, Daud jadi curiga, keduanya adalah malaikat yang
memba-memba (menjelma) jadi manusia, untuk memperingatkannya sehubungan dengan keputusannya ingin menikahi Tasyayu.
Padahal dia istri Uriya. Daud menggunakan siasat mengirim Uriya ke medan perang. Ternyata Uriya gugur. Maka terbukalah jalan bagi Daud untuk menikahi Tasyayu.
Setelah menyadari kesalahannya tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, Daud bertobat. “Dan Daud mengira Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya, lalu menyungkur sujud dan bertobat.”
Konon, selama 40 hari Daud
ngebleng alias mendekam di dalam kamar untuk bertobat.
Sementara ajaran luhur Jawa mengingatkan, kekuasaan itu cenderung
melik nggendhong lali, membuat orang lupa daratan, lupa hakikat dan tujuan kekuasaan. Sering kita temui orang baik-baik, setelah mendapat kekuasaan berubah menjadi jahat. Atau yang di awal kekuasaan baik-baik saja, tapi semakin lama berubah menjadi zombie.
Ahli sejarah Lord Acton mengatakan,
power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely (kekuasaan itu cenderung diselewengkan, dan kekuasaan absolut cenderung korup secara absolut).
Ajaran luhur Jawa sudah memberi peringatan, bahwa
melik nggendong lali itu akhirnya membentuk sikap angkara murka. Sedang
suro sudiro jayaningrat arso lebur dening pangastuti (keberanian, kekuatan dan kekuasaan yang didorong angkara murka, akan dihancurkan oleh budi luhur).
J
a’al haqqu wa hazaqal batil, innal batila kana zahuqa, kebenaran telah datang, dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil pasti lenyap.
(Quran, Isra 81).
Allahu a’lam bis shawab.
*
Jurnalis senior, tinggal di Sidoarjo.
BERITA TERKAIT: