Situasi itu mungkin saja membuat keuangan sang anak tertekan. Apalagi bila sang anak sudah berumah tangga. Di satu sisi ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Tetapi di sisi lain ada perasaan yang harus dijaga.
Bagi anak yang saat ini hidup dengan membiayai orang tua, sebelum berputus harap, ada baiknya mengingat pesan Anies Baswedan. Pesan itu dia sampaikan di depan mahasiswa UGM. Tetapi kata-katanya menggema keluar dari dalam gedung. Suaranya membentuk gelombang yang mendengung di telinga dan masuk ke sanubari setiap orang.
"Ketika Anda mendapat tanggungjawab ikut membiayai orang tua maka jangan pernah pandang ini sebagai beban. Tapi pandang ini sebagai sumur pahala untuk anda karena membiayai orang tua. Jangan pernah pandang itu sebagai beban. Karena dia telah membiayai anda selama ini," kata Anies.
Tentu pesan ini tidak berada di ruang hampa. Pesan Anies itu adalah refleksi atas pengalaman, perkembangan situasi, dan kecenderungan/gejala-gejala sosial yang ada. Perkembangan keadaan yang semakin kompleks, informasi yang semakin banyak memengaruhi cara pandang dan cara berperilaku manusia modern.
Pengaruh perkembangan itu juga memengaruhi relasi orang dengan orang lain. Termasuk diantaranya adalah relasi keluarga dalam rumah. Sistem sosial yang dibangun dan dipertahankan dari generasi-generasi pendahulu bisa denga cepat luntur dan mulai ditinggalkan. Termasuk culture dalam rumah.
Anies Baswedan boleh jadi merupakan salah satu contoh seorang anak laki-laki yang mendapat tanggungjawab hidup berdampingan dengan ibunya. Kini ia adalah seorang calon presiden. Ia menghembuskan pesan itu berdasarkan pengalaman pribadinya. Ia telah mencontohkan bagaimana konsep menjadikan orang tua sebagai sumur pahala. Sepanjang waktu ia menimba pahala dari pengabdian kepada ibunya. Sebagai bekal dalam perjalanan hidupnya. Baik di dunia lebih-lebih di akhirat.
Pada momentum Maulid Nabi Muhammad SAW ini, rasanya perlu mengingat kembali doa yang diajarkan oleh guru ngaji waktu kecil. Doa ini, rasanya
releted dengan pernyataan reflektif Anies Baswedan itu.
"
Rabbighfirlana Waliwalidaina Warhamhuma Kama Rabbayani Saghira". Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan kedua orang tua kami, dan sayangilah orang tua kami sebagimana mereka menyayangi kami sejak kecil.
Penulis adalah Sekretaris Lembaga Ta’lif wan Nasyr PWNU DKI Jakarta
BERITA TERKAIT: