Hari itu, bersama Nadya Karina dan Afina Candarini kolega sesama desainer brand fesyen Kami. mereka meluncurkan sepuluh koleksi fesyen/modest di runway pekan mode dunia itu. Di akhir pagelaran karya-karyanya, ketiganya tampil percaya diri menghormat sempurna ke arah penonton yang dibalas dengan tepuk tangan meriah.
Disaksikan Puan Maharani
Pagelaran karya mereka disaksikan ratusan pengunjung, penggemar dan pemerhati fesyen dari seluruh dunia. Juga sorotan puluhan kamera televisi yang meliput. Di antara pengunjung dari Tanah Air tampak Ketua DPR-RI Puan Maharani, Dubes RI untuk AS, Rosan Roeslani dan istri Ayu Heni.
Tampak juga pejabat teras Kementerian Perdagangan yaitu, Sekjen Suhanto dan Dirjen Didi Sumedi yang mengutus secara resmi 7 brand Indonesia untuk tampil di NYFW. Ada juga dr. Yassin Bintang dan dr. Audy Antawidjaja dari Bamed, Klinik Kesehatan Keluarga Indonesia, yang mensupport brand Kami. Politikus muda dari PAN Putri Zulkifli Hasan, Uya Kuya, dan Verrell Bramasta ikut menyaksikan pentas glamour dan wangi itu.
Tahun ini, pekan mode bergengsi dunia itu berlangsung 9 hingga 14 Februari di Spring Studio, NYC. 7 brand Indonesia yang meluncur di runway NYFW sebagai bagian dari program Indonesia Now. Tujuh brand dimaksud adalah Kami., Buttonscarves, Zeta Privé, AM by Anggiasari, Lenny Hartono, Nada Puspita, dan Ayu Dyah Andari x BT Batik Trusmi.
Menjadi pemandangan menarik peragawati berkulit putih dan jangkung mengenakan hijab melenggang di runway. Applaus penonton hampir tak pernah henti kepada para peragawati yang memperagakan koleksi 7 brand fesyen Indonesia, termasuk koleksi modest/hijab karya Tiga Srikandi itu dari Kami.
Koleksi yang mereka tampilkan bertema Charaka yang terinspirasi dari kekayaan lokal, Kain Tapis Lampung. Mudah dikenali karena garis kain itu bersih dan rapi membentuk siluet dengan pendekatan modern.
"Saya terharu sekali bisa mengenalkan karya- karya kami di pusat mode dunia," kata Irin, panggilan akrab Istafiana.
Ia mengaku puas dengan debut pertamanya di panggung NYFW. Sayang, penyelenggara Indonesia Now, tidak memberi akses menonton karya-karya desainer dari pelosok dunia yang tampil selama NYFW. Padahal, itu sangat berguna untuk bahan perbandingan dan inspirasi bagi karya-karya desainer Indonesia. Apalagi desain-desain yang mereka tampilkan merupakan forecasting trend tahun 2024.
"Saya yakin seluruh desainer Indonesia mengharapkan itu," ujar Irin, pimpinan Kami.
Namun, ia tidak tahu persis mengapa tidak ada akses itu. Yang jelas, di hari penjualan produk fesyen, koleksinya terjual lumayan, separuh dari stok yang dia bawa ke New York. "Ada bule yang borong Scarf, sampai beli seluruh warna yang ada," cerita Irin.
Putuskan Tinggalkan SorowakoIrin tidak sia-sia memutuskan meninggalkan dunia kerja formal selepas kuliah demi merengkuh passionnya pada dunia fesyen.Lulus dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 2008, Istafiana Candarini sempat bekerja setahun di perusahaan pertambangan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan. Namun, ia tidak sanggup bertahan lama berada di kota Kabupaten Luwu Timur yang hanya berpenduduk 22 ribu jiwa. Meski perusahaan PT Vale Tbk tempatnya bekerja adalah perusahaan besar, penghasil nikel terbesar di Indonesia.
Selama di Sorowako ia merasa seperti sedang bertapa. Maka, Irin putuskan balik ke Ibu Kota. Setelah di Jakarta ia mendiskusikan rencana terjun ke dunia fesyen dengan sahabatnya semasa SMA yaitu Karina, jebolan Desain Komunikasi Visual Bina Nusantara. Kebetulan Karin sudah lebih dulu menekuni produksi aksesoris. Setelah perencanaannya matang, bertiga dengan adiknya, Afina, jebolan Accounting University of Malaya, Kuala Lumpur, mereka pun memutuskan terjun total ke dunia fesyen.
"Waktu SMP dan SMA saya memang sudah tertarik mendesain baju, tapi masih sebatas untuk dipakai kalau ada teman ulang tahun," cerita Ibu tiga anak itu.
Tahun 2010 bertepatan dengan berkembangnya komunitas Hijabers Community mereka mulai mengenalkan scarf fashion yang sangat diminati hijabers muda di Indonesia waktu itu.
"Salah satu aksesoris yang booming masa itu adalah scarf kaos. Semula itu ditujukan untuk dililitkan di leher, ternyata customer Kami melihatnya sebagai hijab. Nah dari situ mulailah perjalanan Kami sebagai pelopor brand modest di Indonesia," kenang Irin.
Mendirikan Kami.Tahun 2012 mereka mendirikan Kami. Tiga tahun kemudian, 2015, berdiri butik pertamanya di Kemang, dan tahun ini akan menjadi 27 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini, Kami. mempekerjakan lebih seratus karyawan.
Tiga sekawan sedari SMA, Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini, yang membangun merek baju Muslim Kami. meyakini NYFW merupakan panggung untuk menembus pasar global.
Setelah berbincang dengan sahabat SMA yang lain, dr. Ratu Abigail Audity, BMedSc., MSi., yang akrab dipanggil Audy, founder Bamed ini pun setuju untuk mensupportnya tampil di Pekan Mode di AS itu.
Berarti "Tuhan" Nama “Kami.†berasal dari bahasa Jepang yang berarti “Tuhan.†Sebelum di NYFW, Kami. mengikuti fashion show internasional di Korea, Fashion Mode 2018 di S-Factory, Seoul. Itu pengalaman pertamanya menjajal pasar global.
Dengan puluhan butik yang tersebar dari Sumatera sampai Sulawesi dan 4 butik yang direncanakan tahun ini termasuk salah satunya di Kuala Lumpur, Malaysia, Kami. membuktikan punya pasar di dunia Muslim/modest fesyen Indonesia. Pertumbuhan 40 hingga 60 persen per tahun, membuat Kami. menjadi salah satu brand modest yang memang diminati pecinta fesyen di tanah air, bahkan muslimah Asia Tenggara.
Apa rencana selanjutnya?
"Kami menyiapkan ke London Fashion Week, tolong doakan, dan tahun depan kembali ke New York dengan persiapan lebih baik," kata Irin yang merencanakan hari Minggu akan berangkat ke Tanah Suci untuk beribadah Umrah. Tempat yang tepat untuk memanjatkan doa agar semua cita-cita dapat dikabulkan Allah SWT, Tuhan Maha Penentu Segalanya.
Penulis adalah wartawan senior
BERITA TERKAIT: