Diteror Preman Kiriman Fedex Indonesia

Jumat, 15 April 2011, 12:15 WIB
OKTOBER 2010, kantor kami didatangi beberapa preman. Mereka mengaku disuruh oleh Fedex Indonesia, PT Antareja dan menyatakan bahwa kami belum membayar pengiriman yang terjadi tahun 2006. Dengan memberi copy data bahwa kami pernah mengirim barang memakai jasa Fedex Indonesia, PT Repex Perdana, pada tahun 2006, tapi terlihat bahwa dokumen itu di print-out bulan Oktober 2010. (tanggal print-out kelihatan disebelah kiri bawah)

Kami menjelaskan, bahwa jika benar kami belum membayar, maka kami meminta mereka menunjukkan tanda terima tagihan, sebagai bukti bahwa jika kami belum membayar. Jika mereka menunjukkan tanda terima, maka kami akan membayar. Jika tidak ada, apalagi karena pengiriman itu terjadi tahun 2006, maka artinya dulu pengiriman tersebut sudah pernah dibayar.

Karena memang mekanisme pembayaran di kantor kami, seperti hal-nya kantor-kantor lain, adalah bahwa jika ada orang menagih pembayaran, maka pihak penagih memasukkan surat tagihan dan ditukar dengan tanda terima. Dengan tanda terima itulah, mereka berhak mengambil uang dan tanda terima dikembalikan pada pihak yang membayar.

Tanpa membawa bukti tanda terima, siapa saja bisa mengaku-mengaku bahwa seseorang mempunyai hutang dan menagih uang,  Apalagi saya perlihatkan bahwa print out dokumen mereka menyatakan penagihan tahun 2006 tapi di print out Oktober 2010.

Para preman setelah dijelaskan, dan mereka juga tidak membawa tanda terima sebagai bukti bahwa kami belum membayar. Malah mereka tidak mengerti mekanisme tersebut. Kata mereka pokoknya mereka diperintahkan oleh Fedex bahwa kami harus membayar kepada mereka. Bahkan karena diantara para preman itu, ada yang terus menerus mengancam dan menantang berkelahi, hampir saja terjadi bentrokan di tempat kami.

Karenanya kami meminta para preman itu menelepon pihak Fedex, bahkan kami juga hendak berbicara pada pimpinan Fedex. Tapi ditelepon dan ditunggu sampai lebih dari dua jam, pihak Fedex, katanya sedang tidak ditempat. Karena para preman masih ngotot dan terus menantang, hampir terjadi lagi perkelahian. Akhirnya para preman itu kami usir, diantara para preman itu pergi dan sempat mengancam.

Saya juga berkali-kali telepon kantor Fedex, untuk bicara dengan pimpinannya. Sempat bicara dengan Pak Totok yang katanya pimpinan cabang Fedex Surabaya, setelah saya menjelaskan permasalahan, keliatan terburu-buru menghindar dengan mengatakan akan dipelajari dulu. Setelah itu berkali-kali hampir tiap hari saya telepon tidak pernah bisa tersambung, kata penerima telepon sedang sibuk dan sebagainya, bahkan saya meninggalkan nomor HP saya, meminta agar beliau menelepon saya karena urusan ini. Tapi sampai saat ini belum ada tanggapan.

Malah yang telepon HP saya adalah para preman tersebut, dan meminta saya menghadap pimpinan Fedex dan mereka di kantor Fedex. Jika tidak, maka tempat kami akan selalu diteror. Saya jelaskan, apa memangnya saya ini bawahan pimpinan Fedex? Sehingga mereka menentukan waktu dan tempat seenaknya dan sambil memaksa? Apalagi sampai saat ini belum sekalipun pimpinan Fedex itu menghubungi saya, untuk mengklarifikasi keluhan saya.

Daripada berkepanjangan, akhirnya saya mau menuruti permintaan preman itu, untuk menemui pegawai  Fedex, tapi saya minta yang datang adalah pegawai Fedex yang punya wewenang. Dan tempat disepakati di sebuah tempat yang sering saya
pakai sebagai tempat makan siang.

Saat saya datang kesana,  yang ada hanya sejumlah preman dan ketua para preman itu menunjuk bahwa di kursi yang agak jauh ada dua pegawai Fedex Surabaya.  Saya akan menuju meja tempat pegawai Fedex itu, tapi dicegah oleh mereka. Daripada urusan tidak jelas karena para preman itu tidak tahu mekanisme, maka saya panggil para pegawai Fedex itu untuk bergabung dengan meja kami

Oleh pimpinan preman itu, saya diipaksa untuk membayar. Saya katakan bahwa selama ada tanda terima penagihan sebagai bukti bahwa saya belum membayar, maka serahkan tanda terima itu, dan akan langsung kami tukar dengan uang sebagai pembayaran.

Karena mereka tidak mempunyai tanda terima, maka pimpinan preman itu, memaksa saya untuk membuat tanda terima atau saya dipaksa membuat surat pengakuan berhutang. Bahkan mengancam saya akan melempar saya dari lantai atas tempat kami duduk ke lantai dasar dari plaza itu, jika saya tidak menuruti kemauan mereka.

Juga dua orang pegawai Fedex Surabaya itu, selalu memojokkan saya, dengan mengatakan, kalau saya sudah membayar, saya diminta menunjukkan kwitansi pembayaran untuk pengiriman bulan tertentu di tahun 2006 tersebut. Tentu saja saya mengatakan, siapa mau menyimpan kwitansi pengiriman barang yang sudah berlangsung empat tahun lebih. Seperti saya membayar di kantor pos, siapa akan menyimpan resi pengiriman surat dan kwitansi pembayaran sampai empat tahun lebih. Apalagi yang mengurusi masalah yang berkaitan dengan pengiriman ke Fedex sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Bahkan saya diolokkan tidak profesional, maka saya jawab, jika Fedex perusahaan yang profesional, dan jika memang kami belum membayar, tentunya Fedex masih menyimpan dan punya tanda terima penagihan pada kami yang ditandatangani oleh almarhum teman kami. Bahkan saya juga meminta agar persoalan lebih jelas, tentunya pimpinan cabang Fedex Surabaya bisa berkomunikasi dengan kami.  

Akan tetapi terkesan para pegawai Fedex ini menghalangi saya untuk berkomunikasi dengan pimpinannya. Bahkan mereka menyatakan tidak takut, jika saya menulis kasus premanisme ini di surat pembaca, karena mungkin menganggap Fedex adalah perusahaan besar atau mungkin saja surat pembaca di media massa, tidak ada efek buat mereka.

Saat saya mendiskusi hal itu, saya tidak tahu, ternyata selain beberapa preman di depan saya (saya sendirian), ternyata tempat saya duduk sudah dikepung oleh beberapa preman. Kira-kira lebih dari empat orang, dan salah satunya tiba-tiba maju dan mau memukul saya, Untunglah saya cukup sigap langsung berdiri. Tapi tak urung wajah saya sempat terdorong oleh preman tersebut.

Untunglah sebelumnya, saya tidak mau menuruti perintah para preman untuk datang ke kantor Fedex, untuk menghadap pimpinan Fedex yang akan dihadiri juga para preman tersebut. Sebab di tempat umum dan ada banyak orang saja mereka sudah seperti itu. Tidak segan mengancam dan akan melakukan pengeroyokan. Jika saya tidak sigap tentu sudah akan terjadi penganiayaan. Apalagi jika saya ada di dalam kantor Fedex dan keberadaan saya disana tidak diketahui oleh orang lain. Bisa saja saya akan babak belur dikeroyok oleh para preman suruhan Fedex itu,

Yang sangat saya sayangkan, sampai saat ini, pimpinan Fedex, minimal pimpinan cabang Fedex Surabaya, sama sekali tidak mau menghubungi kami. Meskipun nomor saya sudah berkali-berkali saya berikan pada pegawai Fedex  yang menerima telepon
saya (lebih dari tiga orang, berganti-ganti yang menerima telepon saya, tiap saya telepon kantor Fedex Surabaya). Tapi jika kami menghubungi, selalu dikatakan pimpinan cabang tidak ada di tempat, sibuk dan sebagainya. Jika saya telepon Fedex dan dihubungkan lagi dengan staf, selalu mengatakan, pokoknya kalau saya tidak membayar, silahkan saja saya berhadapan dengan pihak ketiga/para preman tersebut. Itu katanya adalah perintah dari pimpinan Fedex. Mereka tidak mau mendengar penjelasan, setelah mengancam selalu langsung telepon ditutup



Hormat kami

BP Pati
Alamat dan nomor kontak penulis berada di redaksi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA