Bill Gates Bongkar Ambisi Bangun Pembangkit Nuklir Murah di Istana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Rabu, 07 Mei 2025, 12:51 WIB
Bill Gates Bongkar Ambisi Bangun Pembangkit Nuklir Murah di Istana
Bill Gates di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu, 7 Mei 2025/Ist
rmol news logo Pendiri Microsoft dan filantropis terkenal, Bill Gates, mengungkapkan ambisinya untuk membangun pembangkit listrik nuklir generasi terbaru demi mendukung kebutuhan energi global yang bersih dan murah. 

Hal tersebut Bill Gates sampaikan dalam pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah pengusaha Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu,  7 Mei 2025.

Gates menjelaskan bahwa gagasan ini berawal dari kepeduliannya terhadap negara-negara berkembang yang membutuhkan akses listrik murah, sekaligus kesadarannya akan pentingnya mengatasi perubahan iklim. 

“Saya menyadari bahwa kita membutuhkan listrik dengan biaya murah untuk membantu negara-negara berkembang. Namun saya juga mulai tercerahkan tentang perubahan iklim dan memahami bahwa kita harus mengurangi emisi hingga akhirnya mencapai titik nol,” ujarnya.

Untuk mewujudkan ambisi tersebut, Gates mendirikan perusahaan TerraPower pada tahun 2006 yang fokus mengembangkan reaktor nuklir generasi keempat. Reaktor jenis baru ini dinilai lebih sederhana dan lebih aman dibandingkan reaktor konvensional yang menggunakan pendingin air dan beroperasi pada tekanan tinggi.

“Reaktor saat ini menggunakan pendinginan air dan memiliki banyak tekanan di dalam reaktor. Jadi mereka agak rumit. Belum lagi biayanya bisa sangat tinggi. Saya pikir sangat sulit untuk memulai desain baru, tetapi itu akan memberikan manfaat besar," jelas Gates.

Perjalanan TerraPower tidak selalu mulus. Awalnya, proyek ini merupakan usaha patungan dengan China, namun harus dialihkan ke Amerika Serikat karena alasan geopolitik. Kini, proyek pembangunan reaktor pertama sedang berlangsung di AS. 

“Jadi kami harus beralih, dan sebenarnya sekarang, seperti yang Anda katakan, kami sedang membangun reaktor pertama kami di Amerika Serikat,” kata Gates.

Menurut Gates, banyak negara seperti Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris yang membutuhkan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Tantangannya adalah menekan biaya agar lebih kompetitif. 

“Oleh karena itu, kami harus membuatnya murah, dan kami harus menunjukkan bahwa desain baru ini sangat aman,” ujarnya.

Gates juga menyebut peran penting kemitraan internasional, khususnya dengan perusahaan-perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai dan SK, yang menjadi investor utama dalam proyek ini. 

“Sebagian dari proyek itu akan dibangun melalui kemitraan yang sangat kuat yang kami miliki dengan beberapa perusahaan di Korea Selatan,” ungkapnya.

Jika semua berjalan sesuai rencana, reaktor pertama diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2030, dengan target menghasilkan lebih dari 30 gigawatt listrik selama dekade tersebut. 

“Dan jadi selama dekade itu, kami berharap bisa membangun lebih dari 30 gigawatt listrik,” tutup Gates.

Sejumlah pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut ialah CEO Danantara Rosan Roeslani, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Komunikasi Digital Meutya Hafiz, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Sekretaris Kabinet Letkol Teddy.

Hadir pula pengusaha dan konglomerat RI yakni Tomy Winata (Artha Graha Group), Anthony Salim (Salim Group), Dato' Sri Tahir (Mayapada Group), Chairil Tanjung (CT Corp), dan Boy Thohir (Adaro Energy) tampak hadir dan duduk di ruang oval istana. 

Konglomerat lainnya yang juga terlihat ialah Haji Isam, Arsyad Rasyid (Kadin Indonesia),  Hasyim Djoko Hadikusumo, James Riady (Lippo Group), dan Prajogo Pangestu.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA