Mantan Menko PMK ini mengatakan negara-negara di kawasan pasifik akan mengalami berbagai tantangan yang dihadapi seiring memanasnya isu geopolitik.
Kemudian tantangan lain seperti ancaman konflik, polarisasi, lambatnya pertumbuhan ekonomi global, dan dampak pemanasan global turut dibeberkan Puan.
“Sebagai sesama negara di kawasan, Indonesia memahami adanya
sense of urgency untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Kunci untuk menghadapi tantangan itu adalah ‘kerja sama dan aksi bersama secara terkoordinasi’ diantara kita semua melalui diplomasi,” kata Puan.
Menurutnya, tantangan itu akan dapat dilalui dengan baik jika seluruh parlemen di kawasan pasifik dapat bekerjasama dengan baik.
“Hal ini dapat dilakukan jika Parlemen ikut mempromosikan kebiasaan berdialog (
habit of dialogue) melalui diplomasi Parlemen, dan bukannya melakukan kebijakan unilateral,” jelasnya.
Puan pun berharap kerja sama antar Parlemen dalam IPPP dapat bersinergi dan ‘memperkuat’ kerja sama antar Pemerintah guna mempromosikan hubungan bersahabat antara negara-negara Pasifik dengan Indonesia.
“Lebih jauh, IPPP juga dapat melengkapi arsitektur regional (
regional architecture) kerja sama di Pasifik, yang mengedepankan kemitraan terbuka dan inklusif,” tandasnya.
Sidang ke-2 IPPP sendiri mengambil tema
‘Partnership for Prosperity: Fostering Regional Connectivity and Inclusive Development’. Tema ini diambil dengan harapan agar Pasifik menjadi kawasan yang damai dan stabil sebab tanpa perdamaian pembangunan yang inklusif serta pengembangan konektivitas tidak dapat dilakukan.
BERITA TERKAIT: