Setidaknya ada tiga isu penting dalam pidato Airlangga di depan seluruh menteri negara anggota OECD. Pertama, terkait
sustainable agenda atau pembangunan berkelanjutan.
"Kita bicara terkait dengan pembangunan berkelanjutan, dan juga terkait dengan program-program Indonesia mengenai lingkungan, transisi energi, dan capaian pembangunan ekonomi yang ramah terhadap lingkungan," tutur Airlangga dalam keterangan resmi, Sabtu (4/5).
Isu kedua yang dikemukakan Indonesia di hadapan para anggota OECD yakni, pandangan terkait Artificial Inteligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dalam pandangannya, Indonesia menegaskan perlunya AI yang bertanggung jawab dan mendukung Hiroshima Initiatif yang dilakukan Pemerintah Jepang.
"Kita melihat OECD akan segera membuat regulasi terkait AI, dan juga mitigasi terhadap dampaknya, baik terhadap publik, pemerintah, maupun stakeholders," lanjut Ketua Umum Partai Golkar ini.
Adapun isu ketiga yakni terkait
freeflow data dengan
trust. Terkait isu ini, OECD meminta Indonesia menyampaikan tanggapan pertama soal apa yang sudah dilakukan Indonesia dan ASEAN.
Pada momen ini, Airlangga mengatakan OECD harus belajar dari Indonesia dan Jepang terkait dengan isu ini.
"ASEAN sudah maju selangkah lebih depan, dengan
digital framework agreement yang sudah di-
launch oleh Indonesia. Dan di dalam itu termasuk
interoperability daripada data, kemudian,
cross borders data dengan
trustworthy, dan yang ketiga bahkan kita sudah
move beyond dengan data tersebut," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: