Komitmen Bung Karno tentang kemerdekaan bangsa-bangsa harus terus diwariskan, tidak terkecuali dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, dalam Podcast "Bung Karno Series 3" yang tayang di kanal YouTube BKN PDI Perjuangan, Kamis (29/6).
“Bung Karno ini sosok pemimpin yang mampu mempersatukan bangsa-bangsa Asia-Afrika, termasuk juga di Timur Tengah. Para pejuang kemerdekaan dari Timur Tengah banyak belajar dan berguru pada Bung Karno untuk mewujudkan kemerdekaannya,” papar aktivis Nahdlatul Ulama ini.
Zuhairi Misrawi atau akrab disapa Gus Mis menambahkan, gagasan Pancasila Bung Karno membawanya pada pengakuan dunia. Bahkan, para ulama dunia mengakui kedahsyatan Pancasila, sehingga Bung Karno didapuk untuk berpidato di Al Azhar Mesir tentang konsep Pancasila.
“Bung Karno dua kali mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Al Azhar Mesir, dan pada 1960, beliau berpidato tentang Pancasila di Al Azhar. Pidato inilah yang kemudian sempat menginspirasi Gamal Abdul Nasir untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Mesir. Para ulama-ulama dunia mengakui betapa dahsyatnya Pancasila Bung Karno bagi persatuan negara,” urai diplomat 46 tahun ini, seperti dikutip Redaksi, Jumat (30/6).
Gus Mis melanjutkan, Bung Karno pernah terlibat dalam upaya penyelamatan Al Azhar dari pusaran konflik. Peran Bung Karno sangat sentral sehingga mampu menahan Gamal Abdul Nasir untuk tidak menutup perguruan tinggi Al Azhar.
“Salah seorang mantan mufti Mesir, Syekh Ali Jum’ah, pernah menyatakan bahwa jasa Bung Karno terhadap Al Azhar dan Mesir ini besar. Bung Karno mampu menghalau pembubaran Al Azhar di masa Gamal,” ungkap pria kelahiran Sumenep ini.
Duta Besar yang juga kader PDI Perjuangan tersebut menyatakan bahwa visi Bung Karno bertumpu pada konsepsi kebangsaan yang humanis.
“Tentu kita ingat, Bung Karno menyatakan dalam pemikirannya 'jika saya ini muslim, beragama, tapi visi politik saya kebangsaan nasionalis yang berorientasi pada kesejahteraan dan keadilan sosial bagi rakyat',” tutur sarjana lulusan Departemen Akidah-Filsafat, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.
Menurut Gus Mis, komitmen Bung Karno dalam memerdekakan bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia berangkat dari keresahan dirinya terhadap upaya monopoli negara oleh Blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan sekutunya.
“Bung Karno menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika untuk menentang penjajahan dan mendorong kemerdekaan. Negara-negara di Timur Tengah itu harus memiliki posisi tawar agar tidak dijajah, dan alhamdulillah semua negara yang terlibat di KAA sudah merdeka, kecuali Palestina,” kata pria yang menempuh pendidikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini.
Lebih lanjut Gus Mis menyinggung, apa yang dilakukan oleh Indonesia ketika menentang kehadiran tim Israel dalam Piala Dunia U-20 merupakan suatu bentuk komitmen dalam perjuangan kemerdekaan terhadap Palestina. Menurutnya, Bung Karno selalu menekankan bahwa Indonesia wajib terlibat aktif dalam mendorong kemerdekaan Palestina.
“Kita tidak mengakui kedaulatan Israel sebelum mereka mengakui kemerdekaan Palestina. Ini merupakan visi dan komitmen bersama dari negara-negara dalam Konferensi Asia-Afrika itu. Maka kemarin yang ramai soal (Piala Dunia) U-20 itu, kita dipuji oleh negara-negara di Timur Tengah sebagai bentuk keteguhan pendirian sebuah bangsa,” tegas Gus Mis.
Gus Mis menceritakan, Bung Karno sangat bersahabat dengan pemimpin negara di Timur Tengah. Jalinan persahabatan ini merupakan bagian dari diplomasi kebaikan Bung Karno yang hingga saat ini kita masih memetik buah kebaikan dari Bung Karno.
“Bung Karno membangun persahabatan yang sangat tulus terhadap pemimpin Timur Tengah. Hingga saat ini nama Bung Karno masih terkenang di hati masyarakat di sana. Tidak sedikit, nama jalan Soekarno tersebar di Timur Tengah,” jelasnya.
"Selain itu, salah satu contoh bukti persahabatan Bung Karno adalah ketika ibadah haji kita melaksanakan wukuf di Padang Arafah, di sana tertanam Pohon Mimba yang kemudian diberi nama pohon Soekarno, yang merupakan pemberian Bung Karno kepada Kerajaan Arab Saudi saat berhaji pada 1955,” ungkap salah satu duta besar termuda Indonesia tersebut.
Menutup perbincangan, Zuhairi menyatakan Bung Karno telah menanamkan prinsip Internasionalisme dalam jalinan hubungannya dengan berbagai negara di dunia. Prinsip Internasionalisme Bung Karno dalam konteks global bermaknakan kemanusiaan.
“Bung Karno ingin menanamkan semangat kemanusiaan di atas segalanya, 'kebangsaanku adalah kemanusiaan'. Ketika kita bertindak untuk kemanusiaan, sesungguhnya kita mempunyai jatidiri kebangsaan, jatidiri yang mempersatukan dan menguatkan satu sama lain,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: