Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menko Airlangga: Investor dan Otoritas Bursa Menjadi Bagian Penting dalam Proses Pemulihan Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Rabu, 15 Desember 2021, 14:59 WIB
Menko Airlangga: Investor dan Otoritas Bursa Menjadi Bagian Penting dalam Proses Pemulihan Ekonomi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto/Repro
rmol news logo Progres pemulihan ekonomi nasional di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai terus dimaksimalkan pemerintah melalui kebijakan yang seimbang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menerangkan, situasi pandemi di Indonesia yang terkendali telah membuat ekonomi tetap tumbuh positif sebesar 3,51persen (yoy) pada Triwulan III-2021.

Menurut Ailangga, situasi tersebut membuat optimisme dan market confidence diharapkan dapat mendorong kembali peningkatan kinerja ekonomi di Triwulan IV-2021.

Ketua Umum Partai Golkar ini berkaca pada laju konsumsi masyarakat yang terus pulih hingga kahir tahun 2021 ini. Dimana, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis serta penjualan ritel yang tumbuh positif.

Selain itu, Airlangga juga mencatat pertumbuhan investasi yang terus ekspansif. Hal itu tercermin dari indikator PMI manufaktur, utilisasi industri pengolahan, impor barang modal dan bahan baku yang sedang dalam tren naik.

Di tambah, sektor eksternal juga menunjukkan ketahanan yang baik. Dimana Neraca Pembayaran Indonesia mencatatkan surplus sebesar 10,7 miliar dolar Amerika Serikat pada Triwulan III-2021.

"Transaksi berjalan dan transaksi modal finansial berkontribusi terhadap pencapaian tersebut," ujar Airlangga saat menyampaikan keynote speech pada acara Economic Outlook Festival 2022 dengan tema 'Roadmap Penanganan Covid-19, Ubah Pandemi Jadi Endemi, Ekonomi Tumbuh' yang diselenggarakan oleh IDX Channel, Rabu (15/12).

Airlangga menjabarkan, transaksi berjalan ditopang oleh neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus selama 18 bulan berturut-turut, seiring kenaikan nilai ekspor dan harga komoditas. Sedangkan transaksi modal finansial diperkuat oleh investasi langsung dan portofolio, dengan sumber inflow salah satunya berasal dari instrumen saham di pasar modal.

"Saya mengapresiasi pasar modal yang berhasil tumbuh dan bertahan di tengah pandemi Covid-19," imbuhnya.

Hingga sekarang ini, Airlangga mencatat jumlah investor pasar modal terus meningkat dengan total 7,15 juta investor per November atau tumbuh 84,27 persen secara year to date (ytd), ditopang oleh investor domestik. Artinya, kondisi ini memperkuat ketahanan pasar modal Indonesia dari goncangan eksternal.

Selain itu, Airlangga juga menerima laporan bahwa sepanjang 2021 tercatat ada 52 emiten baru di pasar saham yang melakukan penawaran umum perdana saham, atau Initial Public Offering (IPO) dengan total penghimpunan dana Rp 62,2 triliun.

Airlangga menyatakan, penghimpunan dana melalui IPO pada tahun ini tercatat masih bertumbuh positif bahkan lebih baik dari realisasi pada tahun 2020 lalu yang mencapai sebanyak 51 perusahaan IPO dengan total penghimpunan dana senilai Rp 5,58 triliun.

"Terima kasih kepada para investor dan otoritas bursa yang telah menjadi bagian penting dari proses pemulihan ekonomi," tuturnya.

Maka dari itu, Airlangga memastikan pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan berbagai program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural di tahun 2022. Misalnya, melakukan percepatan investasi yang membutuhkan dukungan pembiayaan.

Biaya investasi ini, kata Airlangga, akan disokong melalui Sovereign Wealth Fund, yakni Lembaga Pengelola Investasi Indonesia Invesment Authority (INA).

Melalui lembaga tersebut, dia memastikan pemerintah akan terus berupaya memenuhi berbagai kebutuhan pembiayaan untuk mengakselerasi pembangunan dan pemulihan ekonomi nasional.

Terkini, Pemerintah juga telah berhasil mendapatkan lima komitmen maupun peluang investasi dengan investor-investor dari Persatuan Emirat Arab (PEA/UAE) dengan estimasi nilai investasi 9,05 miliar dolar Amerika Serikat di berbagai sektor strategis seperti infrastruktur digital, pelabuhan, energi, dan jalan tol.

"Sejalan dengan itu semua, Pemerintah terus memonitor sejumlah tantangan dan risiko seperti inflasi, disrupsi supply chain, krisis Evergrande di Tiongkok, serta risiko yang mempengaruhi capital flow Indonesia seperti tapering off The FED dan potensi kenaikan suku bunga acuan AS," tutur Airlangga.

"Kondisi tersebut perlu diwaspadai agar tidak menganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA