Rencananya, Bali menjadi kawasan yang akan di bangun fasilitas medis salah satunya ialah dengan membangun rumah sakit bertaraf internasional.
Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan, rencana tersebut merupakan langkah strategis dan inovatif, mengingat Bali merupakan tempat wisata yang sangat dikenal internasional.
“Rencana kebijakan tentu itu sesuatu yang inovatif, memang kalau dibangun di sana, di Bali itukan sekaligus tempat wisata internasional jadi suatu hal yang baik, suatu hal yang bagus,†ujar Trubus, Kamis (10/12).
Lanjutnya, kebijakan bakal mendorong agar di masa depan, masyarakat Indonesia yang perlu mendapatkan perawatan medis tidak perlu lagi berangkat ke luar negeri seperti Singapura atau Malaysia.
“Tetapi memang keberadaannya itu lebih untuk mendorong agar dimasa depan, masyarakat indonesia yang sakit tidak perlu berobat ke luar negeri ke Singapura atau ketempat lain,†katanya.
Trubus mengaku sudah lama mendengar rencana itu tentang adanya investor yang akan berinvestasi mengenai hal tersebut. Ia pun mendorong agar rencana itu bisa cepat teralisasi memanfaatkan fasilitas dalam UU 11/2020 tentang Cipta Kerja.
“Jadi segera aja dipercepat karena rencana seperti itu udah lama, udah sering terdengar investor perusahaan asing, kita kaitkan ini karenakan sebagai tindak lanjut atau implemnetasi dari adanya UU 11/2020 tentang Ciptaker,†terangnya.
Trubus memberikan catatan supaya proyek pembangunan RS internasional itu dapat menyerap tenaga kerja lokal, terutama tenaga medis Indonesia agar dapat lebih kompetitif dalam dunia medis internasional.
“Jadi kalau memang bisa mengundang investor tentukan sangat baik, terutama dalam menyerap tenaga kerja Indonesia, intinya bagaimana tenaga kerja Indonesia bisa digunakan dalam hal ini pembangunan rumah sakit internasional, khususnya di situ medis Indonesia ini kompetitif di dunia internasional,†bebernya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, mengenai konsep wisata berbasis kesehatan di Bali itu akan membuat Bali menjadi klaster kawasan baru yang lebih menarik. Hal ini dikarenakan kolaborasi antara pariwisata dan kesehatan.
Dengan adanya fasilitas tersebut, masyarakat yang tadinya berobat ke Singapura dan Malaysia untuk sekadar
check up, bisa pergi ke Bali.
Kemudian Bali juga bisa menjadi training center para dokter dan perawat di Tanah Air sebelum bekerja di Jepang.
"Sampai 2045 Jepang perlu 750 ribu perawat, di 2025 kurang lebih perlu 120 ribu. Ini kesempatan yang enggak boleh ditinggalkan. Kalau fasilitas ini bisa dikerjasamakan dengan Jepang, ini jadi
win-win," katanya.
BERITA TERKAIT: