Jaya Suprana: Kebencian Di Pilpres Muncul Karena Salah Tafsir Makna Demokrasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Selasa, 05 Februari 2019, 20:26 WIB
Jaya Suprana: Kebencian Di Pilpres Muncul Karena Salah Tafsir Makna Demokrasi
Jaya Suprana/Net
rmol news logo Tahun Baru China, Imlek 2750 dirayakan berbarengan dengan suasana politik yang semakin tegang. Sebab, perayaan tersebut dihadapkan pada Pilpres 2019 yang hanya mempertemukan dua pasangan calon. Buntutnya, persaingan politik justru dipenuhi kebencian.

Budayawan Jaya Suprana mengakui bahwa masalah utama yang dihadapi di Pilpres 2019 adalah kebencian.

“Kebencian itu dipicu kesalahtafsiran makna demokrasi,” katanya dalam diskusi di salah satu TV swasta nasional, Selasa (5/2).

Kata Jaya, pemilu atau proses demokrasi, seharusnya bisa mempersatukan bangsa. Bukan justru menjadikan anak bangsa terpecah belah oleh kebencian yang ada.

Padahal, sambungnya, Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid sudah memberikan kata kunci sederhana agar bangsa ini terhindar dari perpecahan yang diakibatkan pertarungan politik.

“Marilah berpolitik dan silakan saling memperebutkan kekuasaan, tapi semua bisa dilakukan tanpa kebencian. Kalau mau,” pungkas Jaya menirukan ajaran Gus Dur kepadanya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA