Seolah-olah terperangkap pada satu pemahaman bahwa segala cara dan alat dihalalkan untuk merebut kekuasaan. Fenomena sikap dan tindakan para politisi seperti ini membuat publik akrab dengan kata-kata fitnah, intrik dan hoax.
Demikian dikatakan Ketua Umum Tim Paguyuban Rakyat Indonesia Raya (Paraindra), Guruh Soekarnoputra, menyikapi konstelasi politik nasional.
"Tentu tak ada asap tanpa api. Jika kata sifat yang kini memenuhi kepala masyarakat itu sebagai asapnya, maka ucapan dan tindakan para elit politik bersama timnya adalah sumber apinya, " ujar Guruh, Senin (3/12).
Guruh mengatakan, peristiwa politik seperti pilpres dan pileg, seharusnya disadari sebagai sebuah peristiwa budaya. Di situ ada sistem nilai yang dipraktikan. Di situ ada sistem sosial yang bekerja.
"Dari situ akan dilahirkan karya berupa tatanan negara dan tatanan masyarakat adil dan makmur. Dari situ akan dilahirkan pemimpin sebagai pemikul amanah," beber Guruh.
"Dari situ kita makin membentuk
nationaal gees, nationaal do dan
nationaal daad kita secara utuh dan tiga dimensi," lanjut pria yang juga seorang seniman itu.
Guruh mengimbau dengan peristiwa politik yang memperjuangkan kemaslahatan orang banyak, seluruh elemen bisa bersikap arif dalam menyikapi tiap peristiwa politik.
"Bukan justru melahirkan pertikaian, permusuhan dan kerusakan. Begitulah menurut saya bahwa peristiwa pemilu seharusnya menjadi sebuah peristiwa kebudayaan yang besar," demikian Guruh.
[ian]
BERITA TERKAIT: