Penilaian itu sebagaimana disampaikan Ketua DPP Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir dalam keterangan pers yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (25/10).
Inas menjelaskan bahwa neo orbanazisme memiliki ciri khas yang sama persis dengan orde baru, yaitu nepotisme.
"Ciri khas orba yang dihidupkan kembali melalui persekongkolan politik keluarga Soeharto dalam Pilpres 2019, yang melibatkan beberapa keluarga Soeharto di antaranya Prabowo, Tomy Soeharto, Titiek Soeharto, dan lain-lain," katanya.
Paham yang dihadirkan Prabowo itu juga bercampur dengan neo nazisme dimana ciri-cirinya adalah kesetiaan absolut kepada pemimpin, xenophobia, dan propaganda.
Kesetiaan absolut itu, kata Inas, tercermin dari tidak adanya musyawarah nasional (Munas) Partai Gerindra untuk memilih Prabowo sebagai ketua umum, bahkan tidak ada musyawarah daerah (Musda) dan musyawarah cabang (Muscab).
"Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo, ketakutan kepada asing (xenophobia) dan pesan-pesan Prabowo yang tidak objektif tapi bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat (propaganda)," jelasnya.
"Oleh karena itu genre politik baru yang diciptakan Prabowo ini dapat kita namakan juga neo orbanazisme," pungkas ketua Fraksi Partai Hanura DPR RI ini.
[ian]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: