Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin mengakui, gesekan antara kelompok di internal Golkar memang hal yang biasa. Namun, itu tentu akan berpengaruh pada kinerja partai dalam ajang Pilpres nanti.
"(Mesin partai) tidak akan optimal," kata Ujang saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/8).
Pemilu serentak 2019, lanjut pengajar dari Universitas Al-Azhar Indonesia itu, kader Golkar hanya akan berjuang untuk mengamankan kursinya di legislatif agar terpilih kembali, ketimbang berupaya memenangkan Jokowi-Ma'ruf sebagaimana amanat partai.
Begitu juga dengan caleg baru yang hanya berjuang untuk mencapai kemenangan menuju Parlemen.
"Artinya, kader-kader Golkar akan berjuang maksimal untuk partai dan dirinya. Sedangkan untuk Capres dan Cawpres ya bisa tidak maksimal. Karena dukungan Golkar ke Jokowi tidak membawa dampak elektoral bagi Golkar," sebutnya.
Menurut Ujang, secara presentase elektabilitas menurut lembaga-lembaga survei di angka 8 sampai 9 persen, turun dari hasil Pileg 2014 yang lalu (14,75 persen).
Kabar Golkar pecah disampaikan Anggota Dewan Pembina Partai Golkar, Fadel Muhammad. Dia mengatakan tidak sedikit kader Golkar yang kecewa karena Jokowi tidak memilih internal partainya sebagai cawapres. Tidak tanggung-tanggung, Fadel bahkan menegaskan kalau Golkar sudah pecah karena pengurus DPP sudah tidak solid lagi.
[rus]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.