Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris. Pasalnya menurut dia, jangankan untuk berkoalisi, saat ini saja kedua partai belum sepaham terkait jagoan mereka Sudrajat-Syaikhu (Asyik) yang berlaga di Pilgub Jabar 2018.
Dimana, PKS sudah mengakui pasangan Asyik kalah dengan pasangan Ridwan-Uu. Namun, Gerindra masih saja ngotot menyatakan sesuai perhitungan internal Asyik menang unggul tipis.
"Gerindra- PKS di Jabar saja bantah-bantahan soal hitung cepat, apalagi soal pencapresan," kata Syamsuddin saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Kamis (5/7).
Makanya, lanjut dia, masalah utama Prabowo bukanlah siapa sosok cawapres yang akan mendampinginya tapi soal koalisi pendukung.
"Pak Prabowo itu masalahnya adalah dari partai pendukung. Jadi belum sampai pada soal si A atau si B. Partainya (pendukung) saja belum jelas," ujar Syamsuddin.
Dengan persyaratan presidential threshold 20-25 persen, Partai Gerindra harus berkoalisi dengan parpol atau gabungan parpol menyongsong Pilpres tahun depan.
[rus]
BERITA TERKAIT: