Atas alasan itu, cawapres dari non partai memiliki peluang yang baik untuk menjadi pendamping Jokowi dan menghindari perpecahan di internal pendukung.
"Semua punya peluang, apalagi tokoh-tokoh netral, karena Jokowi resisten untuk mengambil tokoh partai. Tidak berparpol lebih menguntungkan," ujar Direktur Polcomm Institute Heri Budianto dalam keterangan tertulis, Kamis (5/7).
Atas alasan itu juga, Heri menilai kemunduran Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (purn) Moeldoko dari Partai Hanura, sangat lumrah jika disebut sebagai pembuka peluang menjadi cawapres Jokowi.
"(Kemunduran Moeldoko dari Hanura) seperti membuka peluang, paling tidak, akan dilirik Jokowi karena posisinya netral," jelasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti melihat bahwa kemunduran Moeldoko itu merupakan itikad baik yang ditunjukkan mantan panglima TNI tersebut untuk optimal bekerja.
Menurutnya, pejabat lain yang merangkap jabatan di partai harus mengikuti jejak Moeldoko tersebut, sehingga tidak mengganggu ritme di pemerintahaan.
“Harusnya mundurnya Moeldoko menjadi contoh bagi pengurus partai lain yang saat ini masih menjabat,†katanya.
[fiq]
BERITA TERKAIT: