"Karena, banyak jagoannya yang diusung partainya berguguran," kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (2/7).
Padahal, terang Adi, Pilkada kali ini seharusnya dapat dimaksimalkan dengan baik oleh Ketua Umum Partai Gerindra itu. Khususnya untuk menghadapi Pilpres 2019 mendatang.
"Ini harusnya dijadikan sebagai
golden ticket. Modal untuk memenangkan Pilpres 2019," terang direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.
Dengan kekalahan sejumlah kader Gerindra di Pilkada serentak 2018, tentu ada banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dibenahi Prabowo. Apalagi, jika dirinya memastikan maju sebagai Capres Gerindra.
"Jalan yang akan dilalui Prabowo kian terjal, berliku, dan mendaki. Masih tersisa waktu satu tahun untuk kerja keras membalikkan keadaan," demikian Adi.
Dari 17 provinsi yang menyelenggarakan pemilihan gubernur di Pilkada Serentak 2018, Gerindra hanya menang di tiga wilayah versi perhitungan internal mereka. Yaitu di Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Maluku.
Menanggapi hal tersebut, Waketum Gerindra Ferry Juliantono mengatakan partainya boleh saja kalah di 14 pilgub lainnya. Tapi, menurutnya, yang terpenting ialah mesin partai berjalan menjelang Pilpres 2019.
"Kalau di Pilgub kita memang melawan
mainstream karena strategi kita adalah memang untuk memperkuat mesin partai. Jadi, misalkan, bisa jadi kita kalah, tapi secara organik Partai Gerindra mesinnya hidup," ucap Ferry, Kamis (28/6) lalu.
[wid]
BERITA TERKAIT: