Politisi dan Ketua DPP Partai Golkar itu mengungkap banyak temuan menarik soal gaya politik Jokowi yang ditulisnya dalam buku setebal 142 halaman tersebut.
"Pak Jokowi adalah pelayan masyarakat yang terbaik. Saya istilahkan bahasa Inggris-nya
public servant communication style," katanya.
Dia menegaskan dalam temuannya sangat terlihat Jokowi tidak merasa dirinya sebagai presiden.
"Jadi dia merasa seperti rakyat biasa, selalu apa adanya melihat sesuatu fakta di lapangan," kata Andi.
Menurut dia, Jokowi tidak banyak berwacana namun lebih banyak bekerja. Misalnya menjalankan pembangunan infrastruktur besar-besaran dan kasat mata terlihat.
Menurut dia, Jokowi ingin menunjukkan kepada bangsa Indonesia sebuah proses kemajuan fisik yang cepat dan dilakukan dengan baik serta upaya luar biasa dengan komunikasi verbal dan nonverbal.
Temuan lain, Andi menambahkan, Jokowi juga punya gaya
sendiko dawuh communication style. Gaya ini menunjukkan seorang yang selalu taat tunduk pada orang-orang yg dianggap mumpuni maupun senior.
"Dalam kultur di Indonesia kan banyak kiai tokoh masyarakat. Itu yang sangat diharapkan Pak Jokowi petuah dan sebagainya," katanya.
Karena itu, ujar dia, Jokowi selalu berusaha di setiap kunjungan-kunjungan ke daerah mampir menemui tokoh-tokoh agama, ke pondok pesantren, kiai dan sebagainya.
"Beda jauh dengan beliau dengan partai politik, dengan partai politik mungkin ketuanya bisa didatangkan di istana dan sebagainya. Tapi dengan seorang kiai dia harus sendiko dawuh," ungkap doktor ilmu komunikasi jebolan Universitas Sahid, itu.
Menurut dia, dengan
sendiko dawuh itu bukan berarti Jokowi menurut atau menyembah. Namun, ujarnya lagi gaya komunikasinya itu merendahkan diri di hasapan kiai agar mendapatkan berkah.
"Itu dalam kultur Islami maupun Jawa," kata lulusan magister ilmu komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta itu.
Dia mengatakan temuan-temuan ini adalah reralitas dan banyak didukung pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh yang seperti di dalam buku tersebut.
BERITA TERKAIT: