Pasalnya, isu kebangkitan PKI kini tidak lagi muncul dalam bentuk seperti era 60-an, yakni melalui agitas dan propaganda untuk merebut kekuasaan negara. Sekalipun memang, motif, metode gerakan dan perilaku politiknya tetap sama.
Pernyataan tersebut diungkapkan aktivis angkatan 66 dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, Fahmi Idris dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/2).
"Misalnya, melakukan ujaran kebencian pada pemerintahan yang sah, mengadu domba antar ormas, anti terhadap agama, hingga menolak kebhinnekaan," ujar tokoh nasional yang pernah menjabat Menteri Tenaga Kerja ini.
Fahmi menegaskan bahwa bicara ideologi komunis, memang akan selalu hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, dengan pola dan gerakan terkini.
"Isitilahnya sekarang adalah
zaman now semisal dengan pola 'pertentangan kelas' antara kaya dan miskin," kata dia.
Disinggung soal aksi demonstrasi di Banyuwangi, Jawa Timur (fenomena kasus palu arit) beberapa waktu lalu, Fahmi menyebutkan warga di sana sejatinya tidak sadar telah disusupi dan terinfiltrasi simbol-simbol PKI.
"Ditambah lagi ketidaktahuan, sehingga merasa bahwa 'wah ini sesuatu yang menarik nih'," jelas dia.
"Berawal dari kejadian seperti di Banyuwangi inilah cara komunisme mencoba memperkenal dirinya dan menunjukan eksistensi keberadaannya. Maka dari itu, mari jaga sekuat tenaga NKRI yang kita cintai ini," tutup Fahmi menambahkan.
Banyak pihak menilai, kasus palu arit dengan terdakwa Budi Pego di Banyuwangi telah dijadikan ajang konsolidasi sel-sel komunis dengan mengunakan rakyat sebagai tameng dengan membonceng isu populis kerakyatan dan kerusakan lingkungan.
[rus]
BERITA TERKAIT: