"Di sana kami menyepakati, Golkar masih solid, Pak Novanto masih ketum Golkar. Dan kami juga mencermati dinamika yang berkembang," kata Melki usai acara diskusi 'Dramaturgi Setya Novanto' di bilangan Cikini, Jakarta, Sabtu (18/11).
Melki menjelaskan ketua DPD Golkar se Indonesia mengormati pernyataan dari sesepuh Golkar Jusuf Kalla yang juga wakil presiden yang menyarankan ada pergantian ketum Golkar agar roda organisasi tetap berjalan dan Golkar bisa segera keluar dari posisi sulit.
"Saya kira Pak JK sebagai senior yang kami hormati, tentu pandanganya akan kami bahas lebih lanjut dalam DPD I dan saya kira juga DPP Golkar," ujar Bacagub NTT itu.
Namun demikian, lanjut Melki, kesepakatan untuk tetap mendukung Setnov sebagai ketum dibuat sendiri oleh seluruh DPD I Golkar yang hadir tanpa persetujuan dar DPP.
"Jadi DPD I bicara sendiri sebagai pemilik suara dan sebagai orang yang mengurus daerah. Kami sepakat untuk tidak terpecah belah karena situasi ini," tekan Melki.
Meskipun empat DPD I yakni Sulawasi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali tidak hadir dalam pertemuan itu, namun pada prinsipnya ia megklaim seluruh DPD satu suara.
"Kami DPD I ini solid komunikasi juga lancar. Saya percaya mereka (yang tidak hadir) juga sepakat dengan kita-kita," pungkas Melki.
Ketum Golkar yang juga Ketua DPR Setya Novanto dilarikan ke RS Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan setelah mobil yang ia tumpangi mengalami kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Kamis malam (16/11).
Jumat siang (17/11), Setnov dirujuk ke RSCM Kencana karena peralatan medis yang dibutuhkan di RS Medika Permata Hijau sedang rusak.
Setnov sempat menghilang saat penyidik KPK ingin menangkapnya di rumah pribadi, Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam (15/11). KPK menetapkan Setnov sebagai tersangka perkara korupsi KTP elektronik untuk kali kedua.
[rus]