Menurutnya, kelima klasemen sementara perolehan medali SEA Games 2017 yang dicapai Indonesia kali ini merupakan penurunan paling signifikan dalam sejarah prestasi olahraga di Indonesia dan ini prestasi terburuk dibanding negara-negara di Asia Tenggara.
"Lebih miris dan fatal lagi, satu bulan menjelang keberangkatan atlet ke SEA Games di Malaysia, semua pemangku kepentingan baik dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) sampai pada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tidak mempunyai target yang ingin dicapai pada SEA Games 2017 ini," jelas Evick (Minggu, 27/8).
Pemerintah dan pemangku jabatan lainnya berdalih, tidak adanya target khusus di SEA Games karena Indonesia sedang mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
"Sebetulnya, itu bukan alasan, mengingat prestasi di SEA Games bisa menjadi tolak ukur dari kekuatan Olahraga Indonesia di kancah Asia tahun 2018," tegasnya.
Padahal, jika melihat dari sejarahnya, selama keikutsertaannya di ajang SEA Games, Republik Indonesia menjadi juara umum sebanyak 10 kali. Jelas itu sebuah prestasi yang membanggakan.
Evick menegaskan dengan kemuduran paling signifikan prestasi olahraga Indonesia saat ini, maka sepantasnya Kemenpora Imam Nahrawi bertanggung jawab penuh atas kemunduran ini bila perlu mundur dari jabatannya.
"Seyogyanya pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo segera mengevaluasi dengan tegas kinerja pembantunya di Kemenpora," tandasnya.
[zul]