Saya akan selalu ingat bahwa Malaysia adalah saudara serumpun Melayu yang statusnya takkan lengkang di panas dan di hujan. Indonesia dan Malaysia adalah rumpun Melayu terbesar di Asia Tenggara. Eksistensi Melayu di dunia bisa dirasakan kehadirannya karena Indonesia dan Malaysia. Tentu saja saya tidak bermaksud mengecilkan rumpun Melayu yang juga ada dan berperan tak kalah maju di Brunei, Thailand, Singapura dan Filipina.
Hal lain yang akan selalu saya ingat adalah Malaysia sama seperti Indonesia, mayoritas penganut agamanya adalah umat Islam. Tentu tak pada tempatnya perseteruan olahraga menjadi alasan bodoh untuk membuat jarak antara muslim Indonesia dan muslim Malaysia. Adalah kebodohan luar biasa jika hasil pertandingan atau perhelatan olahraga menjadi alasan bagi sesama saudara muslim untuk bertikai.
Kita tentu masih ingat kasus bendera terbalik yang syukurnya bisa diselesaikan dengan mudah dengan saling bermaafan. Malaysia meminta maaf, kita berbesar hati memaafkan. Lalu ada juga insiden-insiden kecil lain seperti soal makanan, soal hakim pertandingan yang berpihak dan sebagainya. Kadang geram dan dongkol kita rasakan. Tapi sudahlah....ini cuma sukacita olahraga. Jangan terlalu dibawa ke hati hingga membuat tidur tak lelap, makan tak enak, hingga dunia terasa seolah sudah selesai di pagi hari.
Pelajaran baik yang bisa kita ambil adalah jangan lakukan kebodohan yang sama pada saat kita jadi penyelenggara Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Kita harus bisa jadi tuan rumah yang baik, jadi tuan rumah yang netral dan jadi tuan rumah yang berhasil menyajikan persahabatan Asia dari pentas olahraga.
Akhirul kalam, tetap dan tetap.... mari kita berdoa dan mendukung penuh agar Garuda Muda berjaya menaklukkan Harimau Muda. Bantailah Harimau Muda dengan gol sebanyak-banyaknya, agar ada asa untuk meraih medali emas. Di sisi lain, saya juga ingin malam minggu hari ini menjadi akhir pekan yang begitu indah untuk dinikmati bersama teman-teman yang tentu saja seperti saya, yakni berjiwa Pancasila.
Tabik....! [***]Penulis adalah alumni ITB, mantan aktivis kemahasiswaan, dan pemerhati politik nasional