Tiga Faktor Membuat Elektabilitas Ahok-Djarot Anjlok Ke Bawah 30 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Kamis, 10 November 2016, 17:25 WIB
Tiga Faktor Membuat Elektabilitas Ahok-Djarot Anjlok Ke Bawah 30 Persen
Basuki "Ahok" Purnama-Djarot Saiful Hidayat/net
rmol news logo Ada beberapa faktor yang memicu merosotnya elektabilitas pasangan petahana Pilkada DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).

Elektabilitas Ahok-Djarot saat ini bahkan sudah di bawah 30 persen, yaitu di angka 24,6 persen.

Alasan pertama dari anjloknya elektabilitas Ahok-Djarot adalah efek dari kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Ahok.

Berdasarkan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI), sebanyak 70 persen warga ibu kota menyatakan Ahok bersalah atas kasus ini.

Jika lebih dikerucutkan berdasarkan afiliasi warga ke organisasi-organisasi Islam, ditemukan bahwa mayoritas warga Muhammadiyah (85,7 persen), Nahdlatul Ulama (85 persen), dan Persatuan Islam (75 persen) menyatakan Ahok bersalah.

"Sementara, FPI dan Ikhwanul Muslimin sepakat 100 persen Ahok salah," ujar peneliti LSI, Adjie Alfaraby, saat merilis survei terbaru di Kantor LSI, Jalan Pemuda nomor 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (10/11).

Selain itu, tingkat kesukaan warga terhadap Ahok juga terus mengalami penurunan. Dari 71,3 persen di bulan Maret, merosot jadi 68,9 persen di Juli, dan tersisa 58,2 persen di bulan Oktober.

"Pada bulan ini, tingkat kesukaan warga kepada Ahok berada di bawah 50 persen, atau 48,3 persen saja," sambung Adjie.

Terakhir, yang membuat elektabilitas Ahok merosot adalah masalah personality dan kebijakan yang diambil Ahok. Mantan bupati Belitung Timur itu dianggap memiliki kepribadian yang dipersepsikan sangat arogan oleh publik.

"Kebijakan penggusuran dan reklamasi yang dipersepsikan membela pemodal dan persepsi Jakarta tidak akan stabil jika Ahok memimpin kembali, turut menyumbang kemerosotan elektabilitas Ahok," jelasnya.

Survei dilakukan pada tanggal 31Oktober hingga 5 Oktober 2016 di Jakarta. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 440 responden.

Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of Error survei ini plus minus 4,8 persen.

Survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi puladengan kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan in depth interview). [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA