Isu lainnya yang juga terbantahkan yakni soal kudeta terhadap Presiden Joko Widodo. Padahal menurut Pangi, pada Jumat itu, jutaan massa sudah mengepung Istana Merdeka dari tujuh mata angin, namun mereka tetap berpegang teguh pada niat awal, yakni aksi damai menuntut keadilan kasus dugaan pensitaan agama yang dilakukan Basuki Tjahja Purnama "Ahok".
Pangi menegaskan, jika aksi damai 411 dipolitisasi oleh pihak tertentu, maka seharusnya dengan jumlah massa yang mencapai jutaan, dan ditambah adanya kesepakan bersama antara militer dan massa, sangatlah mungkin dan mudah menjatuhkan rezim Presiden Jokowi malam itu. Tapi faktanya, hal itu tidak terjadi dan ini menepis dugaan adanya kudeta.
Ia berpendapat, jika pada aksi itu terdapat deal-deal politik termasuk kesepakatan bersama antara militer dan massa, maka sangat mudah membuat Presiden jatuh, karena menumbangkan Presiden dengan massa yang jumlahnya jutaan bukan hal yang mustahil.
"Kalau saja militer main mata dengan aksi massa atau terjadi kompromi politik berupa persekongkolan jahat, selesai Presiden Jokowi. Militer yang didukung rakyat bisa memuluskan kudeta," ujar Pangi, Kamis (10/11).
Hal itu juga disebut Pangi sebagai bukti bahwa TNI sangat solid dan loyal melindungi rakyat, menjaga persatuan dan keberagaman bangsa Indonesia, serta tetap setia di bawah komando panglima tertinggi Presiden Jokowi.
"Karena militer solid dan setia kepada rezim Presiden Jokowi, tak ada yang berkhianat. Opini sesat, kalau kemudian menguatnya isu kudeta gagal, yang dipancarkan hanya opini kudeta di dunia maya," ujarnya.
Pangi menambahkan, bahwa yang mampu melakukan kudeta terhadap pemimpin negara adalah militer yang dilengkapi dengan persenjataan lengkap.
"Di mana-mana yang bisa melakukan kudeta adalah militer, rakyat nggak punya senjata. Nggak ada sejarah kudeta rakyat. Militer yang punya senjata. Kemarin ada nggak militer mengeluarkan satu pelor saja, ugal-ugalan menembak rakyat? Di mana-mana biasanya rakyat hanya sekedar pemantik kudeta," jelas dosen politik UIN Jakarta ini.
[rus]
BERITA TERKAIT: