Lewat akun facebook-nya, Luhut Pandjaitan lebih dulu menceritakan soal persahabatannya dengan Prabowo yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun sejak Prabowo masih berpangkat Letnan.
"Sudah lebih dari 30 tahun kami berteman, walaupun kadang kami berbeda pendapat. Tapi kalau kami sudah bicara tentang NKRI, kami jadi sepakat, kami jadi satu dan kokoh. Kami tidak mau ditawar soal itu," jelas Luhut.
Luhut mengakui sempat ada perbedaan pendapat ketika menyampaikan maksud Jokowi untuk memenuhi janji yang diucapkan 2014 silam, yakni untuk mengunjungi kediaman Prabowo di Hambalang. Rencana Jokowi itu ia sampaikan dalam kesempatan makan siang bersama Prabowo beberapa waktu sebelum kunjungan Jokowi ke Hambalang. Prabowo keberatan jika Jokowi yang menghadap ke Hambalang.
"Karena
humble dan sangat menghargai sistem, Pak Prabowo awalnya menyampaikan kesanggupannya untuk menghadap ke Istana Negara. Tapi akhirnya beliau sepakat juga bahwa Pak Jokowi yang akan pergi ke Hambalang," kata dia.
Luhut mengungkapkan bahwa pertemuan kedua tokoh nasional di Hambalang, kemarin, berlangsung dalam suasana sangat cair, meskipun mereka merupakan rival ketat pada saat Pilpres 2014.
"Banyak guyonan di sana-sini meski tetap ada diskusi-diskusi serius. Topik pembicaraan adalah seputar masalah keamanan, ekonomi nasional, sampai tentang berkuda," beber Luhut.
"Ada satu titik di mana mereka bersepakat bahwa negara ini harus dikelola dengan demokrasi yang baik, tanpa perpecahan. Boleh saja kita berbeda pendapat, tapi jangan sampai kita saling mengeluarkan sumpah serapah," lanjutnya.
Menurut Luhut pertemuan Prabowo dan Jokowi kemarin merupakan contoh kematangan berdemokrasi. Rivalitas boleh terjadi, tapi persahabatan harus tetap dipegang sehingga tidak melahirkan perasaan dendam.
"Yang paling penting, pada pertemuan kemarin mereka memberikan contoh kepada elite-elite Indonesia tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang benar. Jangan lupa bahwa kita hidup di negara yang majemuk," tutup Luhut.
[ald]
BERITA TERKAIT: