Perdebatan teranyar di antara mereka adalah soal skenario pengembangan Blok Masela.
"Ini bisa diistilahkan
el classico, pertarungan antara konstitusionalis dan neoliberalis," kata Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi, dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu pagi (5/3).
Secara terbuka, Sudirman menentang Rizal Ramli yang mendorong pembangunan kilang gas Blok Masela di darat (onshore).
Rizal menyatakan, kilang di darat lebih bisa memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat Maluku. Sedangkan, Sudirman mendukung pembangunan kilang terapung di laut (offshore). Pembangunan dengan metode offshore sesuai keinginan perusahaan tambang asing, Inpex dan Shell.
Adhie mengungkapkan perlawanan dari Sudirman Said tidak mengejutkan karena sebetulnya resistensi dari dalam pemerintahan terhadap Rizal Ramli sangat besar.
"Rizal Ramli membawa dinamika baru. Sudirman Said dipasang untuk melecehkan Rizal Ramli. Siapa yang pasang? Ya, Kuntoro Mangkusubroto. Pak Jokowi mungkin enggak tahu, tapi Pak JK tahu," lanjutnya.
Orang dekat Rizal Ramli ini juga membeberkan bahwa sosok Rizal sudah berkonflik dengan kelompok-kelompok neoliberalis jauh sebelum Rizal akhirnya ditarik Presiden Jokowi masuk kabinet.
Hegemoni kelompok neoliberalis pula yang membuat Jokowi gagal menempatkan Rizal Ramli sebagai menterinya sejak hari pertama kabinet terbentuk.
"Jokowi sejak hari pertama jadi presiden dia sudah mau tarik RR. Mereka sudah berkawan sejak lama, waktu di Pilgub Jakarta banyak membicarakan persolan ekonomi DKI," katanya.
[ald]
BERITA TERKAIT: