"Untuk melakukan perubahan tidak ada pilihan lain, yakni dengan cara klasik dengan membuat partai politik yang akan bertarung dalam pemilu 2019 mendatang,†kata Ketua Umum Partai, Hendra usai melakukan Press Conferrence Pra Deklarasi Ormas Garda Indoneisa (GI) dan Partai Rakyat (PR) di Restoran Bandar Djakarta, Taman Impian Jaya Ancol, Pintu Masuk Timur, Jl. Pantai Sanur V, Jakarta Utara, Rabu (12/8).
Pria yang akrab disapa El Commandante, mengutip kajian Andreas Ufen yang menyebutkan partai di Indonesia sedang mengikuti trend negatif yang terjadi di Philipina. Setelah sama-sama lepas dari kungkungan rezim diktator, Philipina maupun Indonesia terjebak dalam liberalisasi politik superfisial yang gaduh, tetapi minim partisipasi.
Dalam buku Andreas Ufen, lanjut Hendra ada 7 tanda yang dialami oleh Indonesia dan Filiphina yakni Pertama Munculnya partai yang dibentuk/ dimobilisasi hanya untuk memenangkan calon presiden, Kedua Kepemimpinan Otoriter dalam partai yang memicu Fraksionalisme, Ketiga Kental politik uang, Keempat partai Miskin program, Kelima Rendahnya ikatan konstituen politisi partai, Keenam Koalisi-koalisi yang sangat pragmatis dan Ketujuh Menguatnya Partai Kartel/ oligarki.
"Kami mengutip hasil penelitian itu untuk bangkit memperbaiki negara ini, tapi tidak berarti saya secara subjektif sewenang-wenang menilai kinerja teman-teman parlemen. Biar rakyat yang menilai, kesimpulan rakyat dan sikap partai rakyat bagaimana,†ujarnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: