"Ini kalau kita bicara legal, secara konstitusi dia (SBY) punya hak mencalonkan dan dicalonkan sama seperti semua warga Indonesia. Tapi, kalau dia punya cita rasa etika yang hebat, dia tidak akan mencalonkan diri sebagai cawapres," kata pakar tata negara, Margarito Kamis, saat diwawancara
Rakyat Merdeka Online, Kamis (5/12).
Margarito memandang pendapat Anas Urbainingrum itu, walau diakui Anas bukan sebagai sindiran maupun serangan politik ke SBY, tetap saja jadi jebakan khas politisi yang halus tetapi menyakitkan.
"Kalau dia ikuti saran Anas ini dia akan jadi mainan Anas. Anas jadi
leading. Saran ini jebakan khas yang halus tetapi menyakitkan," ucap doktor tata negara asal Ternate ini.
Malah, Margarito berpendapat jauh lebih baik bila Partai Demokrat mengajukan Ibu Negara, Ani Yudhoyono, maju ke Pilpres 2014. Di matanya, Ani punya kapabilitas hasil dari sepuluh tahun mendampingi SBY, dan ia juga pasti punya kemampuan memerintah.
Selain itu, tentu saja tak ada larangan konstitusi untuk Ibu Negara maju ke Pilpres menjadi capres atau cawapres.
"Kalau dalam soal Ibu Ani ini, saya kira tak ada komplikasi etika yang mengganjalnya jika dia ingin maju. Ini beda halnya dengan Pak SBY turun pangkat jadi cawapres," ujarnya.
"Dan, bisa jadi dia (Ani Yudhoyono) lebih tegas dari SBY," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: