"Hanya saja, dalam pengamatan saya, dia betul-betul memandang kesantunan, itulah gaya dia. Dia tahu partainya PDIP punya
policy bahwa hanya ketua umum yang boleh bicarakan capres," kata pakar psikologi politik, Hamdi Muluk, kepada
Rakyat Merdeka Online, Rabu petang (25/9).
Menurutnya, tak ada yang salah dengan hasrat atau ambisi politik. Dalam teori politik, bila seseorang terjun ke dunia politik harus punya gairah dan ambisi untuk berkuasa, untuk mewujudkan apa yang dia bayangkan tentang masyarakat dan negara ideal.
"Tinggal rakyat lihat, apakah dalam wujudkan ambisi itu dia melanggar aturan, hukum, etika dan lainnya. Justru kalau politisi tak punya ambisi itu aneh," ucapnya.
Malah Hamdi menilai media massa-lah yang terus menerus mengejar Jokowi untuk menjawab kesediaannya menjadi calon presiden. Di samping itu, rakyat masih jatuh cinta kepada Jokowi karena dia tampak tidak rakus dan bekerja keras untuk kepentingan masyarakat.
"Gaya Jokowi ini disebut
authentic leadership (kepemimpinan yang orisinil) dan
servant leadership (kepemimpinan pelayan)," terangnya.
Hamdi juga mengkritik keras para elite politik yang merendahkan suara mayoritas rakyat yang masih mengidolakan Jokowi. Dia mengajak para elite menghormati pilihan rakyat dan tidak terus menerus menghakimi rakyat dengan menyebut sebagian besar rakyat masih bodoh karena tingkat pendidikannya yang rendah.
"Sebodoh-bodohnya rakyat itu, dia pasti punya penilaian sendiri. Rakyat pasti bisa menakar-nakar siapa yang bisa dipercayanya. Sekarang yang penting siapa yang bisa ambil hati rakyat," tegasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: