"Kemajuan bangsa Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara regional jauh dari harapan. Lihatlah Malaysia, Singapura, Thailand 15 tahun lalu dan bandingkan dengan negara Indonesia, mereka mengalami kemajuan di atas bangsa Indonesia," kata pengusaha Hary Tanoesoedibjo saat memberikan pidato kebangsaan pada saat meresmikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Asean di KBRI Singapura, yang dimotori PPI Singapura akhir pekan lalu.
Hary Tanoe mengatakan saat ini kemajuan dunia sudah bergeser ke negara-negara kawasan Asia. Amerika mengalami penurunan pertumbuhan, kawasan Eropa juga terbelit hutang yang membuat mereka sangat sulit bertumbuh, apalagi usia produktif di negara-negara Eropa terus berkurang. Sehingga dengan kondisi tersebut sudah sewajarnya bangsa Indonesia bisa menjadi negara besar dan maju.
Dalam kesempatan ini dia juga mengkritik pemerintahan SBY. Pertumbuhan 6 persen yang diklaim pemerintah bukanlah prestasi besar. Karena sebenarnya tanpa campur tangan pemerintahpun pertumbuhan 6 persen dapat tercapai. Pertumbuhan saat ini banyak ditopang oleh sektor swasta dan capaian pertumbuhan ini bisa tinggi lagi bila infrastruktur terbangun dengan baik.
"Selama 15 tahun sejak reformasi, pertumbuhan infrastruktur kita sangat minim, apalagi bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan regional," tegas dia.
Menurut Hary Tanoe, seperti tertulis dalam keterangan pers yang diteruskan orang dekatnya, diantara negara-negara Asia, ada 3 negara yang memiliki populasi terbesar yaitu China, India dan Indonesia. Seperti kita ketahui penggerak kemajuan sebuah negara adalah manusia dan sumber daya alamnya.
China sebagai sebuah negara besar, memiliki aturan yang sangat rigid dan bukan negara demokrasi sementara Indonesia adalah negara yang demokratis dan memiliki sumber daya alam yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan di kawasan Asia yang saat ini merupakan pusat pertumbuhan dunia, Indonesia adalah negara yang paling memenuhi syarat menjadi pusat pertumbuhan terbaik di negara Asia.
"Potensi ini ternyata tersiasiakan selama 15 tahun setelah reformasi, dan sekarang saatnya kaum muda mengambil peran lebih besar untuk melakukan perubahan," katanya.
[dem]