Proses pengamanan puluhan mahasiswa nyaris menyebabkan kericuhan yang melibatkan masyarakat Tambaksari, Surabaya. Keributan antara ormas dan mahasiswa Papua itu berawal ketika para penghuni asrama menolak untuk memasang bendera Merah Putih di halaman asrama sebagai bentuk perayaan HUT ke-74 RI.
Pengamat Sosiologi Universitas Nasional Sigit Rochadi menilai, insiden gangguan keamanan yang disebabkan oleh elemen mahasiswa asal Papua bukanlah hal baru. Sigit berpendapat masyarakat bereaksi karena mahasiswa asal Papua kurang taat pada aturan masyarakat sekitar.
Kasus terbaru di Surabaya, kata Sigit, dipicu oleh mahasiswa asal Papua yang tidak mau mengibarkan bendera merah putih.
"Pandangan masyarakat mahasiswa Papua tidak mau taat pada aturan masyarakat setempat, akhirnya mereka merasa terganggu. Mereka (mahasiswa Papua) dianggap tidak menghormati budaya lokal, apalagi ini nuansanya nasionalisme bendera merah putih dilecehkan," tukas Sigit kepada
Kantor Berita Politik RMOL," Senin (19/8).
Meski demikian, Sigit meminta kepada seluruh masyarakat untuk berkiblat pada nilai kebersamaan dan patriotisme bangsa Indonesia. Masyarakat sekitar harus menghindari cara-cara kekerasan.
"Apapun yang muncul sama-sama membahayakan, kekerasan dengan dasar apapun sangat berbahaya. Semua harus berkiblat pada patriotisme, kebangsaan, dan kebersaman. Semua harus membangun apalagi di momen kemerdekaan seperti saat ini," tambahnya.
BERITA TERKAIT: